REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang hidupnya, Rasulullah SAW pernah terlibat dalam beberapa kali peperangan. Baik yang dipimpin langsung oleh Rasulullah (ghazwah), maupun orang-orang yang dikirim oleh Rasul ke medan perang (sariyah). Menurut Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiyaa` wa ar-rusul (Atlas Sejarah Nabi dan Rasul), Nabi Muhammad SAW terlibat dalam 28 kali peperangan. Yang dimulai dari perang Abwa hingga perang Tabuk.
Sedangkan sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad menemui beberapa kali peperangan. Di antaranya perang fijar, yaitu peperangan antarsuku di Makkah. Menurut Muhammad Abu Ayyasy, dalam bukunya Strategi Perang Rasulullah, perang fijar ini terjadi sebanyak empat kali, yang melibatkan Bani Kinanah dengan Bani Qais Ailan, Bani Quraisy dan Kinanah, Kinanah dan Bani Nadhar bin Muawiyah, serta Bani Quraisy berhadapan dengan Kinanah dan Hawazan.
Salah satu peperangan besar yang dialami Rasulullah dan beliau juga turut berperang sekaligus menjadi panglimanya adalah perang Tabuk—yaitu suatu sebuah kota yang terletak di antara lembah al-Qura dan Syam—untuk melawan kaum Romawi.
Tabuk berada di antara Al-Hijr dan permulaan Kota Syam. Jarak antara Tabuk dan Madinah mencapai 778 kilometer. Sebuah pendapat mengatakan bahwa Ashabul Aikah berasal dari warga Tabuk (Nabi Syuaib diutus kepada mereka).
Menurut bahasa, kata tabuk adalah, jika huruf ta’ merupakan ta’ ta’nits dalam fiil mudhari, maka ia berasal dari kata baqat an-naqah yang berarti unta itu menjadi gemuk. Kata al-Bauk berarti menancapkan tombak ke tanah dan menggerak-gerakkannya untuk mengeluarkan air dari tanah. (Demikian keterangan Hamawi al-Yaquti dalam Mu’jam al-Buldan, sebagaimana dikutip Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Hadits).
Rasulullah SAW pergi ke Tabuk pada tahun ke-9 Hijriah bulan Rajab atau September 630 M. Dan perang Tabuk ini merupakan perang terakhir Rasulullah SAW. Apakah yang menyebabkan peristiwa perang ini?
Dr Muhammad Sa`id Ramadhan Al-Buthy, dalam bukunya Sirah Nabawiyah sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Sa’ad dan lainnya—menyebutkan, yang menyebabkan terjadi peperangan itu adalah adanya berita akan orang-orang Romawi sedang menghimpun kekuatan besar dengan dukungan orang Arab Nasrani dari suku Lakham, Judzam, dan lainnya, yang berada di bawah kekuasaan Romawi, bermaksud menyerang pasukan kaum Muslimin.
Jumlah total pasukan Romawi ini mencapai 40 ribu orang, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Husain. Atas hal inilah, maka Rasulullah menyiapkan kaum Muslimin untuk menyambut pasukan itu di daerah Tabuk.
Peperangan ini berlangsung pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriah, di puncak musim panas dan ketika orang-orang menghadapi kehidupan yang sangat sulit. Pada saat yang sama, musim buah-buahan Madinah mulai dapat dipanen.
Tidak seperti biasanya bila hendak berperang, pada perang Tabuk ini, Rasulullah SAW mengumumkan peperangan ini kepada kaum Muslimin. Perang Tabuk ini dalam musim yang sangat panas, menempuh jarak yang jauh, dan musuh yang berjumlah besar. Beliau mengumumkan perang ini kepada kaum Muslimin supaya mereka bersiap-siap menghadapinya.