REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Militan ISIS yang tewas dalam serangan bom besar AS di Afghanistan, bertambah menjadi 90 orang. Informasi tersebut diumumkan oleh Gubernur Provinsi Nangarhar, Ismail Shinwary, pada Sabtu (15/4).
Pada Kamis (13/4), pasukan AS menjatuhkan ibu dari segala bom yang disebut Massive Ordnance Air Blast Bomb atau MOAB. Bom tersebut merupakan bom non-nuklir paling kuat yang pernah digunakan AS dalam pertempuran.
Pejabat AS mengkonfirmasi, sebuah jaringan terowongan dan gua milik ISIS telah hancur. Namun ISIS sebelumnya menyangkal bahwa anggotanya telah menjadi korban dalam serangan itu.
"Musuh telah menciptakan bunker, terowongan, dan bidang tambang yang luas. Senjata ini digunakan untuk mengurangi hambatan tersebut sehingga kami bisa terus melakukan serangan ofensif kami di Nangarhar selatan," kata Gen John Nicholson, komandan militer AS paling senior di Afghanistan, dikutip BBC.
Menurut Shinwary, tidak ada warga sipil yang tewas dalam serangan itu. Akan tetapi, satu warga yang dekat dengan ledakan itu mengatakan beberapa rumah milik penduduk setempat juga hancur.
MOAB dijatuhkan pada Kamis (13/4) malam oleh pesawat MC-130 ke distrik Achin. Chief Executive dari Afghanistan, Abdullah Abdullah, mengatakan serangan itu telah dilakukan di bawah koordinasi dengan pemerintah dan dilakukan secara hati-hati untuk mencegah adanya korban warga sipil.