Senin 17 Apr 2017 15:26 WIB

Lima Orang Masih Tertimbun Longsor Nganjuk

Rep: Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Petugas SAR gabungan bersama relawan dan warga mencari korban bencana longsor yang tertimbun di Desa Kepel, Nganjuk, Jawa Timur,Rabu (12/4).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petugas SAR gabungan bersama relawan dan warga mencari korban bencana longsor yang tertimbun di Desa Kepel, Nganjuk, Jawa Timur,Rabu (12/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak lima orang masih hilang akibat tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang terjadi pada Ahad (9/4) hingga Senin (17/4). Karena itu, operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) diperpanjang hingga Rabu (19/4).

Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan kronologi bencana yang terjadi pada Ahad (9/4), di Jurang Ondo Dusun Jati, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Berawal dari retakan tanah sepanjang sekitar 50 meter (m), lebar sekitar 5 hingga 10 centimeter (cm) pada 2015. Kemudian pada 28 Februari 2017 retakan tanah menjadi bertambah panjang dengan ukuran 100 m, lebar retak 5 sampai dengan 15 cm, longsor perengan lebar 7 m, tinggi 15 m.

Kemudian pada hari Senin (3/3), tanah irigasi tersebut kembali retak memanjang hingga 150 m yang disebabkan curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Kabupaten Nganjuk khususnya Kecamatan Ngetos. Kemudian pada Sabtu (8/4) pukul 14.15 WIB di wilayah Kecamatan Ngetos terjadi hujan lebat. Kemudian pada Ahad (9/4), pukul 10.30 WIB terjadi hujan ringan dan pukul 12.00 Wib terjadi longsoran diperengan Jurang Ondo Dusun Jati Desa Kepel Kecamatan Ngetos.

"Berdasarkan update hingga Ahad (16/4) 20:39, Polsek Ngetos menyebutkan lima orang masih tertimbun dan hilang," katanya kepada Republika.co.id, di Jakarta, Senin (17/4).

Lima korban hilang itu atas nama Kodri (15 tahun), Doni (23), Dwi umur (17), Bayu (14), dan Paidi (55). Ia menjelaskan korban pertama hingga keempat merekam pergerakan tanah di awal sebelum terjadinya longsor dan sempat berteduh di gubuk karena cuaca hujan, sesaat kemudian merekam lagi pergerakan tanah dan diteriaki oleh warga namun tidak menghiraukan sampai akhirnya longsor besar terjadi.

Sementara korban nomor lima saat itu sedang berladang dengan istri dan menantunya, kemudian istri dan menantunya kembali ke rumah dan korban mau menyusul dibelakangnya. Karena longsoran sangat cepat korban tidak sempat melarikan diri dari longsoran.

Pada Ahad (16/4), jajaran BNPB memulai operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue/ SAR) dimulai pukul 07.00 WIB yang dipimpin oleh Dandim 0810 Nganjuk dan di ikuti oleh tim SAR gabungan. "Dalam kegiatan Operasi SAR bencana tanah longsor di Desa Kepel Kecamatan Ngetos diikuti oleh 475 personel," ujarnya.

Alat berat berjumlah empat unit sudah bisa sampai ke lokasi operasi. Sehingga, proses pencarian korban diperkirakan lebih cepat dari sebelumnya yang hanya menggunakan alat gali manual. Disediakan juga enam unit tangki air bersih yang siap menyalurkan air bersih di daerah krisis air Desa Kepel, Kecamatan Ngetos.

"Berdasarkan rapat evaluasi operasi tanggap darurat bencana tanah longsor Di Desa Kepel, Kecamatan Ngetos Kabupaten Nganjuk pada Ahad (16/4) pukul 19.35 WIB bahwa operasi SAR diperpanjang selama tiga hari yaitu sampai Rabu (19/4)," katanya.

Ia menegaskan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk melakukan koordinasi dengan Perangkat Desa, tentara nasional Indonesia (TNI), dan polisi. BPBD Kabupaten Nganjuk berkoordinasi dengan forum pimpinan daerah (forpimda) Kabupaten Nganjuk BPBD Provinsi Jawa Timur untuk pendirian posko lapang di dekat lokasi kejadian. Kemudian membuat pos komando di kantor BPBD Kabupaten Nganjuk. Selain itu membentuk struktur komando tanggap  darurat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement