Kamis 04 May 2017 14:59 WIB

Islam di Yaman, Pemberdayaan Umat Melalui Masjid

Rep: Yusuf Ashiddiq/ Red: Agung Sasongko
Suasana masjid di Sanaa, Yaman.
Foto: REUTERS/Mohamed al-Sayaghi
Suasana masjid di Sanaa, Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hawa dingin menyergap. Namun, hal itu tak menyurutkan langkah ribuan masyarakat di Ibu Kota Sana’a untuk melaksanakan shalat Tarawih di Masjid Saleh. Bulan Ramadhan lalu memang memberikan kesan mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Begitu pula segenap warga Muslim di Yaman, mereka menyambut kehadiran bulan penuh rahmat itu dengan penuh sukacita. Mereka bersemangat menggelar Tarawih berjamaah di masjid terbesar di negara berpenduduk 23 juta jiwa itu (2009).

Masjid Saleh menjadi tujuan utama warga selama Ramadhan. Berbagai kegiatan sosial keagamaan dilakukan. Mulai dari ibadah fardhu, tadarus, berzikir, tausiyah, iktikaf, zakat, dan banyak lagi. Selain penduduk lokal, banyak pula pendatang dan pelancong yang mengunjungi masjid itu.

Inilah kebanggaan masyarakat Yaman. Dibangun dengan biaya mencapai 60 juta dolar, masjid yang berlokasi di distrik al Sabaeen ini mulai difungsikan sejak tahun 2008 silam. Di antara beragam fasilitas penunjangnya mencakup lembaga kajian Alquran, pendidikan agama, pusat keislaman, hingga media elektronik.

Nama masjid diambil dari nama pemimpin negara itu, Ali Abdullah Saleh. Selain menyajikan arsitektur menawan yang mengombinasikan gaya modern dan tradisional Yaman, filosofi maupun semangat yang ingin dimunculkan dalam pembangunan masjid juga sangat kuat.

Hal ini diungkapkan Dr Abdul Wahid al Anasi, direktur saluran televisi al Iman, yang berkantor di Masjid Saleh. Masjid hendaknya bisa menjadi pusat kegiatan umat, katanya, dikutip dari laman al-shorfa.

Pewujudan tujuan itu ditempuh melalui dakwah, pendidikan, kesehatan, pembinaan mental akhlak, dan sebagainya. Seluruh program diarahkan untuk mendorong upaya tadi. Masjid juga berperan agar secara aktif menyebarkan pesan moderasi dan pemikiran Islam dan meminimalisasi ajaran-ajaran radikal.

Pemerintah menekankan agar para ulama senantiasa menjelaskan nilai-nilai Islam yang toleran, saling menghargai, guna menghilangkan kesalahpahaman di sebagian kalangan. Berbagai langkah digencarkan. Salah satunya memperluas cakupan dakwah melalui media elektronik.

Saluran televisi independen yang dipimpin Dr Abdul Wahid punya peran penting. Kita terus menyiarkan pesan-pesan agama juga kegiatan yang berlangsung di masjid, paparnya lagi. Peresmian televisi al Iman yang bersamaan dengan peresmian masjid menunjukkan perhatian besar dari pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement