REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Anak-anak dari warga Australia yang ikut kelompok teroris ISIS akan mendapatkan pengawasan ketat pihak keamanan jika mereka pulang ke Australia. Demikian ditegaskan Perdana Menteri Malcolm Turnbull.
Hal itu terkait dengan sebuah gambar terbaru yang menunjukkan anak laki-laki (enam tahun) anggota ISIS Khaled Sharrouf berpose di samping tubuh seorang pria yang telah disalibkan. Ada poster tergantung di leher pria yang sudah tewas tersebut yang menyebutnya sebagai "pengkhianat" dalam bahasa Arab.
Program 7.30 ABC melaporkan adanya gambar itu pekan lalu. TV komersial di Australia menyiarkan gambar itu, Ahad malam (7/5). ABC memilih tidak mempublikasikannya.
Sharrouf sebelumnya juga menyebarkan gambar mengerikan dari anak laki-lakinya yang lain, yang memegang kepala tentara pemerintah Suriah yang terpenggal. PM Turnbull mengatakan gambar tersebut menunjukkan mendalamnya kebiadaban, kekejaman, kebuasan, yang dijalankan Daesh [ISIS].
Nenek dari anak-anak Sharrouf tersebut, Karen Nettleton, telah melakukan kampanye untuk mengeluarkan mereka dari Suriah dan membawanya pulang ke Australia. PM Turnbull mengatakan anak-anak teroris akan diizinkan pulang ke rumah jika mereka adalah warga negara Australia.
Tapi dia menjelaskan mereka akan mendapatkan pengawasan ketat dari badan intelijen."Semua anak yang dieksploitasi dengan cara seperti ini, jika mereka warga Australia, tentu saja akan dapat kembali ke Australia, namun berada di bawah pengawasan dan pengamatan yang paling mungkin dilakukan," kata Turnbull.
"Saya dapat meyakinkan Anda kami akan melakukan segalanya untuk melindungi orang Australia dari mereka yang kembali dari zona konflik itu. Jika mereka orang dewasa, mereka pasti akan diadili dengan segala perangkat hukum," tambahnya.
Bagi pihak berwajib sama saja
Kepolisian Federal Australia (AFP) dan Kepolisian New South Wales kini sama-sama menyelidiki gambar terbaru tersebut. Komisaris Polisi Federal Andrew Colvin mengatakan masyarakat Australia mungkin terkejut dengan gambar itu. Namun bagi pihak berwajib sama saja.
"Saya kira hal ini lebih bercerita banyak tentang Khaled Sharrouf daripada tentang anak-anaknya," kata Komisaris Colvin.
"Kami semua bekerja dengan mitra kami di luar negeri dan tentu saja tujuan utamanya adalah untuk menuntut Khaled Sharrouf," tambahnya.
Awal tahun ini Sharrouf menjadi orang pertama berkewarganegaraan ganda yang dibatalkan kewarganegaraan Australianya di bawah undang-undang antiteror. Hal itu berarti pria berusia 35 tahun tersebut tidak bisa lagi secara sah kembali ke Australia dari Timur Tengah.
Diterbitkan Senin 8 Mei 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris di ABC News.