REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madain Saleh boleh jadi tak sepopuler ibu kota Kerajaan Nabatea, Petra di Yordania. Padahal, Madain Saleh adalah kota terbesar kedua pada era Kerajaan Nabatea dan saat ini masuk dalam situs warisan dunia UNESCO. Madain Saleh juga merupakan salah satu kota penting di jalur kuno perdagangan rempah.
Sejumlah sumber menyebut, Kerajaan Nabatea sendiri mengumpulkan kekayaan dari kemampuan mencari sumber air dan menyimpannya, sebuah kemampuan yang amat berguna bagi bangsa yang hidup di padang pasir. Para peneliti menemukan lebih dari 200 tempat penampungan air dari batu yang dipahat dan lebih dari 130 sumur. Sumur-sumur ini tersebar di dekat-dekat oasis untuk menampung air.
Kerajaan ini juga memonopoli jalur perdagangan dari Madain Saleh di selatan hingga Pelabuhan Gaza di utara. Mereka memungut biaya dari kafilah unta yang berhenti atau beristirahat di wilayah mereka. Selain itu, Kerajaan Nabatea juga mendapat penghasilan dari pertanian dan produksi minuman anggur.
Pada tahun 106 SM, Kerajaan Nabatea dipojokkan oleh Kekaisaran Romawi. Tidak lama kemudian, kota-kota di kerajaan ini pun meredup dan tidak lagi menjadi pusat dagang. Dikelilingi padang pasir, Madain Saleh terkubur dalam sunyi.
Berabad kemudian, kota ini kembali ditemukan lengkap dengan 131 makam. Sisa-sisa bangunan yang ada sungguh membuat orang berdecak kagum. Jika diamati dari dekat, ukiran pada bangunan-bangunan di sana amatlah mendetail. Hal itu setidaknya tampak dari pahatan elang yang sedang terbang, spinx, dan griffin.
Pada pahatan makam, pengunjung situs ini bisa tahu nama, hubungan keluarga, pekerjaan, status hukum, dan dewa yang disembah orang-orang yang pernah hidup di sana. Pahatan-pahatan semacam ini jadi informasi menarik dan penting sebab Kerajaan Nabatean tidak meninggalkan jajak sejarah tertulis.
Ukiran tulisan itu ditulis dalam Bahasa Aramaic, bahasa ibu bangsa Arab. Bahasa Aramaic sangat berguna untuk komunikasi bisnis.
Orang-orang Nabatea menggunakan batu untuk membuat bangunan, termasuk rumah, kuil, dan makam.
Bangunan-bangunan di Madain Saleh menunjukkan betapa canggihnya pengetahuan dan teknologi kaum Nabi Saleh kala itu. Mereka bisa membuat bangunan indah dengan memahat batu. Para arkeolog juga menyebut orang Nabatea termasuk kaum yang paling berbakat dalam sejarah dengan pencapaian luar biasa mereka dari pertanian hingga teknologi, dari arsitektur hingga seni. Namun, itu semua jadi tidak berguna bila mereka melanggaran aturan asasi dari Allah SWT.
Berdiri pada awal abad pertama Sebelum Masehi, wilayah Kerajaan Nabatea terbentang dari ibu kota Petra (Sila) di utara hingga Madain Saleh di selatan. Kerajaan ini berjaya karena memiliki arsitek dan insinyur terbaik di zamannya.