REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kepolisian Jerman disebut gagal mencegah pelaku serangan di sebuah pasar natal di Ibu Kota Berlin pada Desember 2016. Pelaku yang bernama Anis Amri diyakini seharusnya ditangkap sebelum melakukan serangan tersebut.
Amri melakukan serangan di pasar natal Berlin dengan menabrakkan truk ke arah kerumunan. Setidaknya 12 orang tewas dan 49 lainnya terluka dalam peristiwa itu.
Setelah kejadian berlangsung, Kepolisian Jerman menyelidiki Anis. Pelaku yang berasal dari Tunisia itu kemudian ditangkap dalam pengejaran hingga ke Milan, Italia.
Saat itu, polisi Jerman menyalahkan Tunisia karena dianggap menghambat deportasi Amri. Namun, dari sana terungkap banyak tersangka yang terkait dengan terorisme dan kejahatan serius lainnya belum tertangkap.
Menteri Dalam Negeri Berlin, Andreas Geisel mengatakan nampaknya banyak kesempatan yang dilewatkan oleh polisi di Jerman untuk menangkap pelaku kejahatan. Amri menjadi salah satu orang yang sudah dicurigai terkait dengan kejahatan dengan sejumlah bukti berupa informasi.
Amri sudah mendapat pengawasan dari otoritas Jerman sejak awal 2016. Ia pernah dilaporkan merencanakan perampokan. Kemudian sebelum datang ke negara itu, ia pernah berada di Italia dan terlibat dalam kasus pembakaran.
Bahkan, terungkap Amri juga terlibat dalam transaksi narkotika. Pria berusia 23 tahun itu sempat menghadapi hukuman penjara in absentia di Tunisia.
"Menurut pandangan para ahli, informasi ini sudah cukup memadai untuk mendapatkan surat perintah penangkapan dari jaksa penuntut," ujar Geisel, dilansir The Independent, Jumat (19/5).
Karena itu, Geisel menilai polisi gagal mencegah terjadinya serangan teror tersebut. Bukan tidak mungkin, penanganan yang lambat terhadap informasi kejahatan dapat membuat peristiwa besar yang menimbulkan banyak korban jiwa kembali terjadi di Jerman.
Laporan yang beredar juga menyebut kantor polisi kriminal Berlin (LKA) pernah menerima informasi penting tentang Amri pada 1 November 2016. Inilah yang membuat dugaan mungkin ada oknum LKA yang sengaja menyembunyikan atau mengubah informasi tersebut.
Jerman telah menghadapi sejumlah serangan teror pada 2016 yang diduga terkait dengan kelompok radikal. Serangan truk di sebuah pasar natal di Berlin merupakan yang salah satu yang paling menggemparkan. Setidaknya 12 orang tewas dan 49 lainnya terluka dalam peristiwa itu.