Jumat 19 May 2017 21:47 WIB

Pertarungan Kubu Konservatif dan Moderat di Pilpres Iran

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Pendukung Presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) memegang posternya. Di kiri, seorang warga memegang poster rival terkuat Rouhani, Ebrahim Raisi saat kampanye 17 Mei 2017. Iran akan menggelar pemilu presiden pada Jumat, 19 Mei 2017.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Pendukung Presiden Iran Hassan Rouhani (kanan) memegang posternya. Di kiri, seorang warga memegang poster rival terkuat Rouhani, Ebrahim Raisi saat kampanye 17 Mei 2017. Iran akan menggelar pemilu presiden pada Jumat, 19 Mei 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran sedang menggelar pemilihan presiden pada Jumat (19/5) waktu setempat. Pemilihan ini ditafsirkan di Barat sebagai tolak ukur dukungan untuk kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai Iran dengan enam negara berpengaru, termasuk Amerika Serikat. Namun bagi warga Iran, masalah ekonomi dan kebebasan berekspresi tampaknya  menjadi isu yang lebih besar.

Di ibu kota, Teheran, pemilih di lingkungan utara yang lebih makmur tampaknya muncul lebih besar daripada pada 2013. Warga kelas menengah perkotaan Iran di seluruh negeri memilih kandidat moderat Hassan Rouhani. Pemilih di lingkungan tersebut mengaku tertarik dengan janji Rouhani yang ingin memperjuangkan kebebasan yang lebih besar.

Sementara itu, bagi kandidat konservatif Ebrahimi Raisi, ia membutuhkan jumlah pemilih yang kuat dari pemilih yang tinggal di daerah yang kurang makmur serta menekankan kesalehan dan ideologi jika ingin menang.

Menurut The New York Times, Jumat (19/5), di lingkungan selatan kota yang miskin tampaknya ada sedikit antusiasme pemilih pada Jumat pagi.

Persaingan itu tampak jelas terlihat di jalanan banyak kota. Orang-orang membunyikan klakson mobil mereka dan mengibarkan poster kandidat pilihannya.

Pendukung Rouhani melakukan demonstrasi dengan melantunkan nyanyian. Rouhani menjanjikan pertumbuhan ekonomi dan kebebasan berbicara dan pers.

Sedangkan Raisi, seorang mantan jaksa penuntut  berjanji untuk memperbaiki ekonomi Iran yang sedang sakit,  memberikan bantuan tunai kepada orang miskin dan memberantas korupsi. Dia juga mengkritik kesepakatan nuklir tersebut.

“Saya memilih Raisi karena dia adalah seorang sayyyid,” kata Fazlolah Bahriye, yang menggunakan istilah yang diberikan kepada mereka dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad saw.

Sementara itu pemilih lain berusia muda, Muhammad Badijan (19 tahun), lebih menyukai Rouhani. “Saya ingin lebih banyak kebebasan, relaksasi dari peraturan ketat. Saya hanya ingin menjalani kehidupan normal,” katanya.

 

Sekitar 70 persen populasi iran yang berjumlah 80 juta jiwa tinggal di atau dekat dengan pusat kota. Sebuah perubahan besar dibandingkan dengan 40 tahun lalu ketika mayoritas tinggal di daerah pedesaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement