Jumat 26 May 2017 06:07 WIB

Perlawanan Hukum Jika Imbauan Presidium Alumni 212 tidak Diindahkan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agus Yulianto
 Ketua Presidium Alumni 212 Ustad Ansufri Idrus Sambo (kanan) bersama Penasihat GNPF MUI Ustad Rasyid Syafi'i (kiri) memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar jumpa pers di Masjid Baiturrahman, Jakarta, Kamis (25/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Presidium Alumni 212 Ustad Ansufri Idrus Sambo (kanan) bersama Penasihat GNPF MUI Ustad Rasyid Syafi'i (kiri) memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar jumpa pers di Masjid Baiturrahman, Jakarta, Kamis (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presidium Alumni 212 akan menjalani proses hukum jika fenomena diskriminasi terhadap Islam tidak juga surut. Hal ini dijelaskan dalam pernyataan sikap yang ditandatangani hari ini, Kamis (25/5) di Masjid Baiturrahman, Jakarta Selatan.

"Kami mewakili perasaan umat Islam sangat berharap Pak Jokowi dan seluruh jajaran aparat kekuasaan di bawahnya, untuk mau memperhatikan segala macam imbauan dan permintaan kami ini," kata Ketua Umum Presidium Alumni 212, Ansufri Idrus Sambo.

Hal ini, menurutnya, agar pelaksanaan bulan suci Ramadhan 1438 H dapat dilalui dengan penuh perdamaian dan ketenangan. Namun, tambahnya, jika imbauan dan permintaan ini tidak diindahkan, maka Presidium Alumni 212 akan mengambil sejumlah langkah.

Berikut poin lengkapnya dikutip dari pernyataan sikap yang dikirimkan Ustaz Ansufri:

1. Perlawanan hukum dan jihad konstitusional melalui saluran Komnas HAM dengan membentuk tim investigasi dan Tim Gabungan Pencari Fakta untuk mengusut tuntas segala pelanggaran HAM yang dilakukan Rezim Penguasa saat ini kepada para ulama, aktivis Pro Keadilan dan Ormas Islam. Perlawan dilakukan juga melalui jalur-jalur konstitusional lainnya yang ada di dalam negeri dan di dunia International (Ramadhan adalah bulan jihad)

2. Menggalang kekuatan ummat dengan mengeluarkan Petisi Dukungan kepada Komnas HAM dan melakukan Istighosah, zikir dan doa di seluruh pelosok Indonesia agar Allah menurunkan pertolongan-Nya untuk menyelamatkan negeri ini dari kezaliman Rezim Penguasa (Ramadhan adalah bulan pengabulan doa-doa)

Presidium berhadap, penyataan sikap ini menjadi pengingat dan doa. "Agar negeri Indonesia ini diselamatkan oleh Allah dari segala macam kekacauan, kerusuhan, kerusakan-kerusakan dan perpecahan, Aamiin Yaa Rabbal' aalamiin," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement