REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Puluhan perpustakaan desa di Kabupaten Sleman dapat dikatakan dalam kondisi kritis. Sebab dari 86 desa, hanya 13 desa yang kegiatan perpustakaannya aktif dan dapat diakses masyarakat secara leluasa. Sementara sisanya non-aktif.
“Ya meskipun ruangan dan bangunannya ada, kebanyakan perpustakaan desa masih belum bisa difungsikan dengan baik,” kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Sleman AA Ayu Laksmi Dewi, Ahad (28/5). Maka itu, saat ini Pemkab melakui DPKD tengah mendorong revitalisasi dan perbaikan aktivitas perpustakaan di desa-desa.
Pasalnya, selain dapat menjadi pusat pembelajaran non-formal, Perpustakaan juga dapat mendorong peningkatan pengetahuan masyarakat. Sehingga kebutuhan mayarakat terhadap berbagai informasi dapat terpenuhi.
Ayu menjelaskan, jika pemerintah desa memang serius, mereka bisa menggunakan dana APBDes untuk mengelola perpustakaan. Hal ini tentu saja diperbolehkan. Karena keberadaan dan pemeliharaan perpustakaan sudah diatur dalam UU.
“Maka itu, ke depannya kami ingin semua desa di Sleman punya perpustakaan yang aktif. YA walaupun belum bisa memenuhi standar perpustakaan yang canggih, minimal perpustakaannya aktiflah,” Papar Ayu.
Selain dukungan dari Pemkab setempat, menurut Ayu, untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah desa. Jika perpustakaan di desa-desa sudah bagus, gerakan perbaikan perpustakaan akan dilanjutkan ke sekolah-sekolah.
Ia mengatakan, DPKD sendiri akan terus berupaya untuk mendorong peningkatan minat baca di masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar kunjungan warga Sleman ke Perpustakaan juga meningkat. Di sisi lain Perpustakaan Sleman juga selalu berbenah diri untuk memfasilitasi masyarakat dengan berbagai koleksi buku.
Adapun saat ini Perpustakaan Sleman telah memiliki koleksi sebanyak 30 ribu judul buku, dengan total 60 ribu eksemplar. Ditambah dengan Perpustakaan Digital yang belum lama ini diluncurkan, dan dapat diakses secara online.
Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Pelayanan DPKD Sleman Sari Respatiningtyas membenarkan hal tersebut. Menurutnya, perpustakaan digita sendiri diluncurkan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses bahan bacaan yang dibutuhkan. “Sehingga masyarakat dapat membaca buku di mana saja dan kapan saja,” katanya.