Senin 12 Jun 2017 01:37 WIB

Yudi: Jangan Samakan UKP PIP dengan BP7 Zaman Orba

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Bayu Hermawan
Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP- PIP) Yudi Latif menjabarkan masing-masing kedeputian tengah merumuskan aplikatif kinerja lembaganya.

"Kan banyak dimensinya. jangan disamakan BP7. Kalau BP7 kan fokusnya penataran. Kalau ini dimensinya luas," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (11/6).

Yudi mengatakan, kedeputian pengkajian dan meteri akan merumuskan bagaimana Pancasila dapat dikaji dari berbagai perspektif. Sehingga nilai-nilainya menjadi satu ideologi terbuka. Artinya, nilai Pancasila bisa ditulis dari multi disiplin ilmu, seperti, sisi agama, kearifan lokal, pengalaman sejarah, kebudayaan.

"Soal materi, kita ingin supaya kalau mapel Pancasila dihidupkan, kita pastikan baik mediumnya konten metodilogi tak monoton, menarik. Siapkan bahan ajar dari TK sampai perguruan tinggi," ujar Yudi.

Menyoal kapan penerapannya, Yudi menyerahkan sepenuhnya pada kementerian/lembaga terkait. Namun, ia menyatakan UKP-PIP siap membantu Kemendikbud menyiapka bahan-bahan ajar lebih menarik dan atraktif sesuai dengan tingkat pendidikan.

Kedua, Yudi melanjutkan, yakni kedeputian bidang advokasi. Tugasnya, yakni mengarusutamakan nilai Pancasila di ruang publik dengan menghimpun jaringan. Ia mencontohkan, saat ini banyak ormas yang punya minat sama membumikan nilai Pancasila. Namun, pergerakannya masih sporadis tak ada koordinasi dan agenda utama.

"Kita juga buat inisiatif anak muda dengan film pendek, komik, konten digital, pokoknya melibatkan peran komunitas," jelasnya.

Ketiga, yakni, kedeputian bidang pengendalian dan evaluasi. Tugasnya, yakni melakukan pengukuran. Ia tidak menampik selama ini Pancasila diartikan sebagai alat negara memonitor rakyat. Namun, ia menuturkan, rakyat juga dapat melakukan hal serupa untuk memantau apakah penyelenggara negara bertugas sesuai dengan nilai Pancasila.

"Ada beberapa indikator dan alat ukur. Kita lakukan kerja sama dan koordinasi dengan kelembagaan," ujarnya.

Selain itu, Yudi menuturkan UKP-PIP ingin program pembumian nilai Pancasila benar-benar tepat sasaran. Artinya, tidak hanya kena di permukaan saja.

"Misalnya MPR fokus saja ke kader politik. Masing-masing duduk bareng dan merumuskan sasaran. Bahan ajar dan sosialisasi kita standarisasi," jelanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement