Sabtu 01 Jul 2017 19:54 WIB

Doktrin Jihad Jadi Alasan Teroris Semakin Nekat

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ani Nursalikah
Anggota Brimob berjaga di sekitar tempat kejadian perkara penikaman anggota polisi di depan Masjid Falatehan , Jakarta Selatan, Jumat (30/6).
Foto: Republika/Prayogi
Anggota Brimob berjaga di sekitar tempat kejadian perkara penikaman anggota polisi di depan Masjid Falatehan , Jakarta Selatan, Jumat (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terorisme semakin marak. Para teroris pun kian menargetkan aparat keamanan sebagai sasaran mereka. Doktrin jihad versi kelompok teroris ini diyakini jadi alasan mengapa mereka semakin nekat dan berani.

Demikian diungkapkan Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Dunia Islam (PKTTDI) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Hery Sucipto dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (1/7).

"Dari dua aksi teroris di Mapolda Sumut dan Masjid Falatehan komplek Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, jelas mereka mentarget aparat keamanan. Ini bukti teroris semakin nekat," ujar Hery.

Anggota Lembaga Kerja Sama dan Hubungan Internasional PP Muhammadiyah ini menjelaskan, bagi kelompok teroris rukun iman bukan lima seperti yang diyakini umat Islam umumnya.

"Teroris menambahkan satu rukun, rukun keenam yakni jihad versi mereka. Jihad mereka ini adalah berperang dan memerangi kelompok atau mereka yang tidak sepaham dengan mereka atau yang mereka anggap sebagai thogut, musuh Islam," jelasnya.

Ia melanjutkan, aparat keamanan seperti polisi dan tentara, juga pemerintah dan bahkan mereka yang membantu dan bekerja sama dengan aparat dan Pemerintah adalah thogut yang harus diperangi. Doktrin jihad versi mereka ini, kata Hery, sama dianut oleh ISIS yang menyasar target bukan hanya yang beda agama dan beda golongan, tapi bahkan yang seagama namun beda aliran dengan kelompok teroris.

"Kalau kelompok teroris Alqaidah masih memilih, targetnya Barat yang memusuhi umat dan dunia Islam. Kalau ISIS semua yang tak sepaham dengan mereka adalah musuh dan harus diperangi, sekalipun seagama. Apa yg terjadi di Suriah dan Marawi, Filipina, adalah contoh nyata sesama Muslim dibunuh. Bahkan terbaru, teroris yang menyerang anggota Brimob Jumat malam usai shalat jamaah bersama pelaku," paparnya.

Jubir Dewan Masjid Indonesia ini mengecam keras aksi teroris yang menyerang aparat keamanan dan ingin mengacaukan situasi Kamtibmas Indonesia. Hery mendukung penuh upaya Polri dalam penegakan hukum menangani terorisme di Indonesia.

Ia juga meminta semua pihak bersinergi dan meningkatkan kewaspadaan karena aksi terorisme bisa terjadi dimanapun dan kapan pun. "Aparat harus lebih waspada dan lebih tegas lagi dalam mengatasi masalah terorisme. Terorisme musuh kita bersama, semua pihak harus bersinergi demi Indonesia yang aman dan damai," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement