REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Sebuah kantor berita Kuwait, Enferaad News Agency (ENA), melaporkan, Qatar telah memberikan respons terkait tuntutan yang diajukan oleh negara-negara Teluk.
Rincian respons tersebut diserahkan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani kepada Emir Kuwait Sheikh Sabah Ahmad Al-Jaber Al-Sabah.
Dalam responsnya, Qatar disebut siap mengurangi hubungan diplomatik dengan Iran. "Qatar siap untuk mengurangi hubungan diplomatik dan ekonominya dengan Iran jika semua negara Teluk berkomitmen melakukannya," ungkap ENA dalan laporannya seperti dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (4/7).
Namun terkait anggota Garda Revolusi Iran yang berada di negaranya, Qatar mengaku tidak ada satupun anggota Garda Revolusi Iran di negara itu.
"Qatar mengonfirmasi dalam tanggapannya bahwa tidak ada anggota Garda Revolusi Iran di wilayahnya, mencatat bahwa permintaan ini ditujukan untuk mendistorsi citra Doha," kata ENA.
Qatar juga menolak klaim negara-negara Teluk yang menuduhnya menjadi penyokong kelompok teroris. "Qatar telah membantah adanya hubungan dengan gerakan teroris yang terdaftar oleh PBB dan menegaskan bahwa negaranya adalah anggota aktif (PBB) dalam memerangi terorisme," ungkap ENA.
Pada 12 hari lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab mengajukan 13 daftar tuntutan kepada Qatar yang disampaikan melalui Kuwait selaku mediator. Tuntutan tersebut antara lain meminta Qatar untuk menghentikan pendanaan terhadap kelompok teroris, memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, serta menutup saluran siaran Aljazirah.
Qatar diberi waktu 10 hari untuk memenuhi seluruh tuntutan tersebut. Belakangan, keempat negara Teluk memberi waktu tambahan selama 48 jam atau dua hari kepada Qatar.
Baca juga, Qatar Siap Mendengar dan Berdialog.