Rabu 05 Jul 2017 05:20 WIB

Mereka yang Mengadu Nasib di Jakarta

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Esthi Maharani
Monumen Nasional (monas).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Monumen Nasional (monas).

REPUBLIKA.CO.ID, Pengalaman pahit yang dialami beberapa kerabatnya tak menjadi penghalang Irawan (19 tahun) untuk tetap mengadu nasib ke Jakarta. Berbekal ijazah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Irawan yakin bisa mendapatkan pekerjaan yang layak di Ibu Kota.

Mengenakan kaos oblong, celana jeans dan tas ransel , Irawan yang Republika temui di Terminal Lebak Bulus , Selasa (4/7) menuturkan kesungguhannya untuk mengadu nasibnya. Ia mengakui banyak dari para tetangga dan kerabatnya yang juga pernah merantau ke Jakarta, akhirnya kembali pulang ke kampung halamannya di Tegal, Jawa Tengah lantaran menjadi pengangguran di Jakarta.

"Mereka kan tidak punya keahlian, kebetulan saya jurusan teknik sepeda motor dan memang ditawari kerja di bengkel punya saudara," ungkap Irawan.

Ia menuturkan, nantinya dari hasil bekerja di bengkel , Irawan akan menggunakan sebagian penghasilannya untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. "Kalau bisa nanti sambil kuliah, Alhamdulillah," tuturnya.

Pendatang lainnya, Sumiyati (35) mengatakan ini adalah kali ketiga dirinya datang ke Jakarta. Perempuan asal Purwokerto itu mengaku kembali ke Jakarta karena ditawari pekerjaan pembantu rumah tangga oleh kerabatnya.

"Kebetulan saudara ada yang baru melahirkan, saya diminta untuk merawat bayinya," tutur Sumiyati.

Sebelumnya, Sumiyati pernah bekerja sebagai buruh tekstil di kawasan industri berikat nusantara. Namun, saat itu dirinya mengaku tidak tahan dengan pola kerja yang diterapkan perusahaannya dan memilih kembali ke kampung halamannya.

Sementara itu, Eka Wahyu (26) pria asal Pati, Jawa Tengah nekat merantau ke Jakarta  lantaran  tawaran bekerja dari kerabatnya sebagai kuli bangunan. Ia mengaku diajak oleh temannya yang sebelumnya sudah bergabung dalam proyek pembangunan gedung di wilayah Jakarta Selatan.

"Kalau sudah selesai gedungnya, ya balik lagi ke kampung. Ga betah juga soalnya tinggal di Jakarta," tuturnya.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat tidak keberatan apabila banyak penduduk daerah datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Namun dia menyebut ada syarat-syarat bagi mereka yang ingin tinggal di Ibu Kota.

"Ya mempunyai tujuan yang jelas apa, apa bekerja, apa sekolah, apa ingin menyatukan keluarga. Misalkan menyatukan keluarga ya, tujuan jelas," kata Djarot.

Selain memiliki tujuan yang jelas, syarat untuk para pendatang tersebut adalah harus memiliki surat pengantar dari daerah asal dan langsung melapor kepada RT/RW tempat ia akan tinggal. "Yang kedua, harus mendapatkan surat pengantar dari daerah asal, dan kemudian surat pengantar itu kan ada tujuannya. Dia mengingat di mana, di mana ia bertempat tinggal," tuturnya.

"Kemudian setelah itu, ia harus melapor kepada RT/RW setempat dan kemudian diproses, dilaporkan di kelurahan untuk mendapatkan surat keterangan sehingga seperti itu terpantau. Jadi itu syaratnya," ujar mantan Wali Kota Blitar itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement