REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Empat negara Arab yang sedang mencari cara mengisolasi Qatar dibuat murka pada Rabu (5/7). Mereka marah karena respons negatif Qatar atas tuntutan mereka.
Menurut empat negara itu, tanggapan Qatar tidak serius dan menunjukkan kegagalan Qatar menyadari betapa seriusnya situasi ini. Pnegumuman tersebut menyusul pertemuan menteri luar negeri Arab Saudi, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab di Kairo, tidak lama setelah menerima respons Qatar.
Keempatnya menuduh Qatar mendukung kelompok teror dan menjaga hubungan dekat dengan Iran, musuh Saudi. Mereka juga mengatakan Qatar harus berhenti mencampuri urusan mereka.
Kepada wartawan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri mengatakan tanggapan Qatar terhadap 13 daftar tuntutan negara Arab seluruhnya negatif. "Hal itu tidak menyentuh substansi kebijakan. Itu adalah posisi dimana Qatar tidak menyadari betapa pentingnya situasi ini," katanya.
Para menteri tidak mengatakan apa langkah mereka berikutnya. Mereka akan mengumumkannya setelah konsultasi lebih lanjut. Setelah ini, empat menlu akan bertemu di Bahrain, namun belum ada tanggal pastinya.
"Kami harap kebijaksanaan akan muncul dan Qatar mengambil keputusan yang tepat," ujar Shukri.
Dia menambahkan sikap empat negara Arab terhadap Qatar masih dalam batasan hukum internasional dan sesuai dengan sikap melindungi keamanan kawasan dan internasional.
Beberapa retorika oleh keempat menteri tersebut, bagaimanapun, jelas-jelas berperang.
Menlu Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyan mengatakan Qatar hanya tertarik pada penghancuran, penghasutan, ekstremisme dan terorisme daripada hubungan bertetangga yang baik.
Shukri mengatakan kebijakan Qatar tidak boleh berlanjut. Dia juga berjanji darah warga Mesir tidak akan tumpah sia-sia. Dia merujuk pada serangan milisi terhadap tentara Mesir dan pasukan keamanan.
Mesir telah lama menuduh Qatar mendukung esktremisme dan menyediakan tempat tinggal dan bantuan finansial kepada Ikhwanul Muslimin (IM). Kelompok ini dianggap melanggar hukum dan digolongkan sebagai kelompok teroris oleh Mesir setelah militer menggulingkan presiden Mohammed Mursi, anggota IM pada 2013.