Selasa 11 Jul 2017 11:02 WIB

Setelah Mosul Dibebaskan dari ISIS, Apa Selanjutnya?

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi (tengah) memegang bendera nasional saat tiba di Mosul, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.
Foto: Iraqi Federal Police Press Office via AP
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi (tengah) memegang bendera nasional saat tiba di Mosul, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Masih terdengar suara tembakan dan pesawat tempur koalisi yang terus-menerus terbang di atas kota Mosul saat Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi dalam perjalanan ke terpada di Irak itu untuk mengumumkan kemenangan atas ISIS.

Sementara tim pencari dan penyelamat berusaha menyelamatkan mayat dari reruntuhan dan membantu warga sipil untuk melarikan diri ke tempat yang aman.

Sebelumnya pada pagi harinya masih terlihat sejumlah serangan udara di Kota Tua. Pasukan Irak juga masih menghadapi penembak jitu dari kelompok yang mengklaim dirinya negara Islam itu.

Kolonel Jabbar Abad mengatakan, pertempuran terjadi di kantong perlawanan terakhir. Dia mengklaim mereka akan dikalahkan dalam beberapa jam.

Anak-anak bahkan tak menghiraukan saat terdengar suara tembakan. Seorang wanita tua sangat lemah sehingga dia hampir tidak bisa berjalan. Beberapa bayi yang dibawa terlihat hampir tak bernyawa.

Mereka diberi makanan dan air. Ini adalah rasa kebebasan pertama mereka setelah tiga tahun tinggal di bawah kontrol ISIS. Pertarungan tersebut sebentar terlupakan dalam perjuangan mereka sendiri untuk bertahan hidup.

Jika ini adalah kemenangan, maka harganya sangat mahal, tidak hanya dalam kehidupan manusia. Hampir semua orang yang diselamatkan harus meninggalkan sanak saudara mereka karena telah meninggal dunia. Hampir setiap bangunan di Kota Tua itu telah hancur total.

Seperti Ali, salah satu warga sipil yang selamat yang sedang mencari keluarganya. Dengan air ata yang mengalir di wajahnya, Ali mengangkat telepon genggamnya dan mengaku telah berbicara dengan saudaranya yang terjebak di bawah reruntuhan.

Tapi dalam beberapa hari terakhir panggilannya tidak ada jawaban. Ali juga ikut membantu tim pencari dan penyelamat untuk menyisir puing-puing bangunan.

Menurut Ali, para pejuang ISIS telah menggunakan rumah mereka saat terkena serangan udara dari koalisi pimpinan AS beberapa pekan lalu. Sedangkan pasukan keamanan Irak baru saja mengambil alih daerah tersebut.

Kesedihan Ali dan warga sipil lainnya sangat berbeda dengan kegembiraan pasukan keamanan Irak yang mengerahkan PM Abadi saat ia tiba di kota tersebut untuk mengumumkan kemenangan mereka atas ISIS. Ini masih merupakan momen penting. Para ekstremis telah memegang kota itu selama tiga tahun. Butuh waktu sembilan bulan dalam melewati jalan brutal untuk mengusir mereka.

Tidak ada yang tersisa, termasuk Masjid Agung Al-Nuri yang bersejarah telah rata dengan tanah. Di tempat itulah pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi memproklamirkan khilafah. Bagi banyak pejuang ISIS, Mosul adalah pemakaman mereka, meski masih ada beberapa yang lolos.

Kesengsaraan Mosul masih jauh dari selesai. PBB memperkirakan seperti yang dilaporkan BBC, Senin (10/7), membutuhkan biaya setidaknya satu miliar dolar AS untuk memulihkan infrastruktur dasar kota, seperti air bersih dan listrik. Sedangkan untuk membangun kembali kota ini masih membutuhkan puluhan miliar dolar lebih.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement