REPUBLIKA.CO.ID, PURBOLINGGO -- Edelweis merupakan tanaman khas di pegunungan yang beberapa di antaranya berada di Gunung Semeru dan Gunung Bromo. Meski jumlahnya masih berlimpah, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru nyatanya tetap berusaha membudidayakannya agar terhindar dari kepunahan.
Penyuluh Kehutanan TNBTS Birama Terang Radityo memaparkan sejumlah langkah budidaya bunga abadi itu. Tahap pertama yang perlu dilakukan, pemilihan bunga yang sudah tua yang ciri-cirinya berwarna kecokelatan. Proses ini penting untuk memperoleh biji yang berkualitas baik dalam membudidayakan edelweis.
"Selanjutnya pengeringan bunga tua," kata Birama saat ditemui wartawan di Balai TNBTS Purbolinggo, Jawa Timur.
Birama menjelaskan, bunga tua yang sudah dipetik harus dikering-anginkan di tempat yang datar. Proses ini bertujuan agar biji kering merata dan mencegah pembusukan oleh jamur.
Hal terpenting, dia melanjutkan, pengeringan bunga tua dilakukan di tempat-tempat yang terhindar dari angin kencang agar biji yang menempel pada benang sari tidak terbang.
Langkah berikutnya, yakni melakukan pemisahan biji dari bunga yang sudah kering. Caranya dengan mengguncang-guncangkannya dalam wadah tertutup seperti toples. Ketika dilakukannya cara itu, biji dan benang sari akan terpisah mengendap di dasar wadah.
"Lalu mulai lakukan penyimpanan biji yang telah terpisah dari bunga di dalam plastik kedap udara agar kualitas terjaga," ujar dia.
Birama melanjutkan tahap kelima pada budidaya ini dengan penaburan biji di media tanam. Media tanam yang cocok untuk menyemai biji edelweis itu tanah halus agak berpasir. Tanah ini dianggap tepat karena menyesuaikan dengan ukuran biji edelweis yang tidak lebih dari satu milimeter.
Menurut dia, penyemaian bisa menggunakan polybag yang telah diisi media tanam lalu disiram hingga basah. Biarkan air meresap dan setelah tidak menggenang di media tanam, biji sudah bisa ditabur. Media tanamnya juga harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan percikan air hujan.
Langkah berikutnya, penyapihan semai terhadap biji yang mulai berkecambah setelah berumur tiga hari. Perawatan berupa menjaga kelembaban media perlu terus dilakukan sampai berusia dua bulan atau siap disapih. Penyapihan ini utamanya diterapkan pada semai yang sudah memiliki minimal lima helai daun besar. "Dan proses penyapihan dilakukan dengan stik pipih secara hati-hati agar akar tidak rusak," tambah dia.
Terakhir, bibit yang sudah bisa disiram setiap harinya sejak penyapihan. Tak lupa juga untuk menyabuti gulma yang tumbuh liar di polybag. Menurut Birama, bibit ini siap ditanam setelah tiga bulan atau setinggi 30 sentimeter.