Selasa 11 Jul 2017 17:28 WIB

Tillerson Tiba di Qatar Bahas Krisis Teluk

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson (kiri) saat diterima oleh Wakil Pertama PM dan Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah Khalid Al Hamad Al Sabah saat tiba di Kuwait, 10 Juli 2017.
Foto: AP photo/Jaber Abdulkhaleg
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson (kiri) saat diterima oleh Wakil Pertama PM dan Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah Khalid Al Hamad Al Sabah saat tiba di Kuwait, 10 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson telah tiba di Doha, Qatar, Selasa (11/7). Kedatangannya ke Qatar bertujuan membahas krisis yang sedang terjadi di Teluk.

"Tillerson akan bertemu dengan Emir (Qatar) Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani pada Selasa, sebelum mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri (Qatar) Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan seperti dikutip laman Aljazirah.

Sehari sebelumnya, Tillerson telah mengunjungi Kuwait. Di sana, dia berdiskusi dengan Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah dan pejabat lainnya tentang upaya penyelesaian krisis Teluk. Kuwait memang menjadi mediator terkait krisis antara Qatar dan empat negara Teluk lainnya.

"Kami mencoba menyelesaikan sebuah isu yang tidak hanya menyangkut kita, tapi juga seluruh dunia," kata Sheikh Sabah kepada Tillerson dalam pertemuannya di Kuwait.

Pejabat AS mengatakan Tillerson tidak mengharapkan sebuah terobosan untuk menyelesaikan krisis Teluk karena dapat memakan waktu berbulan-bulan. Sebaliknya, Tillerson ingin mengeksplorasi kemungkinan untuk memicu perundingan.

Pada 5 Juni lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade seluruh akses dari dan menuju negara tersebut. Hal itu dilakukan karena keempat negara menuduh Qatar menjadi pendukung dan penyokong kelompok ekstremis dan teroris di Teluk. Tuduhan tersebut segera dibantah oleh Doha.

Belakangan negara-negara Teluk mengajukan 13 tuntutan kepada Qatar. Tuntutan tersebut harus dipenuhi bila Qatar ingin terbebas dari blokade dan embargo. Namun Qatar telah menyatakan poin-poin dalam tuntutan tersebut tidak realistis dan mustahil dipenuhi.

Adapun tuntutan tersebut antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menghentikan pendanaan terhadap kelompok teroris, dan menutup media penyiaran Aljazirah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement