Kamis 13 Jul 2017 07:14 WIB

Tugas Berat Menlu AS Atasi Konflik Qatar

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson
Foto: REUTERS/Yuri Gripas
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menghadapi tugas berat dalam membujuk empat negara Arab untuk mengakhiri boikot Qatar dalam pembicaraan Rabu (12/7).

Semua resolusi sengketa harus mengatasi kekhawatiran Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, termasuk meruntuhkan stabilitas regional di Doha, demikian yang dikatakan pejabat senior Uni Emirat Arab menjelang perundingan di Arab Saudi.

Keempat negara tersebut menjatuhkan sanksi kepada Qatar 5 Juni lalu dengan menuduh negara tersebut membiayai kelompok ekstremis dan bersekutu dengan negara-negara musuh Teluk Arab, Iran, tuduhan yang dibantah Doha. Keempat negara tersebut dan Qatar merupakan sekutu AS.

Tillerson akan bertemu rekan-rekannya dari empat negara tersebut di kota pelabuhan Laut Merah, Jeddah, dalam upaya mengakhiri perselisihan yang memburuk di negara-negara Teluk Arab sejak terbentuknya badan regional Dewan Kerja Sama Teluk pada 1981. Mereka juga mengembalikan 13 tuntutan yang semula dikirimkan ke Qatar, namun kemudian mengatakan tuntutan tersebut tidak berlaku lagi.

Baca: Banyak Prajurit Turki Tiba di Pangkalan Militer Qatar

Ketiga belas tersebut mencakup pengekangan hubungan dengan Iran, menutup Aljazirah TV, menutup semua pangkalan militer Turki di Qatar, dan penyerahan semua teroris yang ditunjuk di wilayahnya. Keempat negara pemboikot tersebut mengatakan dalam pernyataan bersama mereka menghargai upaya AS dalam memerangi terorisme.

"(Tapi) langkah seperti itu tidaklah cukup dan mereka akan mengawasi lebih dekat keseriusan Qatar dalam memerangi segala bentuk pendanaan, dukungan dan pembinaan terorisme," demikian pernyataan tersebut, menurut kantor berita Uni Emirat Arab, WAM.

Anwar Gargash selaku Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab mengatakan, perselisihan tersebut berakar pada tidak adanya kepercayaan dan apapun solusinya harus mengatasi keluhan keempat negara tersebut.

"Diplomasi menyangkut dukungan Qatar terhadap ekstrimisme dan terorisme dan merusak stabilitas regional. Solusi sementara bukanlah sesuatu yang bijak," tulisnya dalam Twitter semalam.

"Kami memiliki kesempatan untuk mengubah (dukungan Qatar pada terorisme). Ini bukanlah empat negara Teluk yang bermusuhan.

AS khawatir krisis tersebut dapat berdampak pada operasi militer dan kontraterorisme dan meningkatkan pengaruh regional Iran, yang telah mendukung Qatar dengan mengizinkan menggunakan hubungan udara dan laut melalui wilayahnya.

Qatar menyediakan Pangkalan Udara Udeid sebagai fasilitas militer AS terbesar di Timur Tengah, tempat pesawat koalisi pimpinan AS melakukan penyerangan melawan ISIS di Suriah dan Irak. Beberapa dari media Teluk Arab mengkritisi Tillerson menjelang kunjungannya ke Jeddah.

"Yang membuat pertemuan hari Rabu di Jeddah sulit adalah Tillerson sejak awal mula krisis, tampak berpihak pada Qatar," sebut komentar yang dipublikasikan perusahaan surat kabar Asharq al-Awsat dan Arab News pada Rabu.

"Tillerson tidak dapat memaksakan rekonsiliasi, tapi dia bisa mengurangi jarak antar partai dalam perpecahan diplomatik - semua yang merupakan sekutunya - ketimbang berpihak pada satu sisi untuk melawan yang lainnya," demikian ditulis kolumnis Abdulrahman al-Rashed, mantan general manager saluran al Arabiya milik Saudi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement