REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan ancaman narkoba bagi masyarakat tidak kalah berbahaya jika dibandingkan dengan terorisme. Dia berpendapat keduanya perlu diwaspadai.
"Antara terorisme dan narkoba, dua-duanya perlu diwaspadai. Tapi yang sangat disayangkan terorisme yang lebih dibesar-besarkan, padahal narkoba tidak kalah berbahaya karena sudah sampai dimana-mana," ujar dia di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (14/7) malam.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu menjelaskan setiap tahunnya, sebanyak 15 ribu orang Indonesia meninggal akibat narkoba. "Dan jumlah yang meninggal ini setiap tahun meningkat terus. Sementara korban bom dari dulu hingga sekarang tidak sampai 1.500 orang. Ini makanya saya katakan narkoba juga menjadi ancaman besar bagi kita," kata dia.
Apalagi saat ini, menurut Gatot Nurmantyo, persebaran obat-obatan terlarang di Tanah Air ini masif, sudah mencapai kawasan perkebunan dan daerah terluar Indonesia. "Dari Tiongkok masuk ke Indonesia menurut informasi itu 250 ton sabu. Satu ton sabu itu bisa dikonsumsi untuk lima juta orang. Ini ancaman berat bagi kita," kata dia.
Karena itu sejak dua tahun yang lalu, dia menyebutkan, TNI punya hukuman tambahan bagi anggota TNI yang terlibat narkoba. "Yaitu langsung dipecat. Bayangkan saja, kalau sedang sakau dan latihan menembak siapa pun bisa jadi korban, daripada seperti itu saya pecat saja," kata Gatot.
Terkait dengan penanganan narkoba ini, Panglima TNI juga menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja Polri dan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menggagalkan penyelundupan satu ton sabu di wilayah Serang, Banten, pada Kamis (13/7). "Saya apresiasi kepolisian dan BNN, pengungkapan jumlah sabu itu terbesar selama Indonesia berdiri," kata dia.