REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tas milik astronaut terkenal AS Neil Armstrong untuk membawa sampel debu bulan pertama ke bumi, dijual kepada penawar tidak dikenal seharga Rp 24 miliar pada sebuah lelang di New York, Kamis (21/7) waktu setempat. Acara lelang tersebut diadakan untuk menandai ulang tahun ke-48 pendaratan bulan pertama.
Tas tersebut selama bertahun-tahun tidak teridentifikasi di dalam sebuah kotak di Johnson Space Center, Houston. Juru lelang Sotheby mengatakan, tas tersebut akan dimiliki seseorang yang menawar harga melalui telepon dan tidak ingin namanya disebutkan secara terbuka.
Tas tersebut merupakan barang dengan nilai tertinggi di acara lelang memorabilia perjalanan ke bulan. Acara tersebut juga menyertakan catatan kru penerbangan Apollo 13, yang dijual seharga Rp 3,7 miliar dan pesawat ruang angkasa yang dipakai astronot AS Gus Grissom yang terjual Rp 583 juta. Lainnya, foto Buzz Aldrin dari Apollo 11 yang dipotret Neil Armstrong di bulan seharga Rp 466 juta.
Setelah Armstrong dan awak Apollo 11 mendarat pada Juli 1969, tas berukuran 30x22 sentimeter berlabel "Lunar Sample Return" tidak diketahui keberadaannya selama beberapa dekade. Setelah menghilang dari pusat Johnson, tas tersebut muncul di garasi manajer museum Kansas, Max Ary, yang dihukum karena mencuri pada 2014.
Tas tersebut disita oleh Layanan Marshall AS yang akhirnya dilelang tiga kali, tanpa penawaran, hingga akhirnya dibeli pada tahun 2015 seharga Rp 13 juta oleh pengacara wilayah Chicago, Nancy Lee Carlson.
Dia mengirim tas tersebut ke NASA untuk divalidasi, dan saat tes menunjukkan bahwa tas tersebut benar-benar digunakan Armstrong serta masih terdapat jejak debu bulan, badan luar angkasa AS memutuskan untuk menyimpannya.
Carlson berhasil menggugat NASA untuk mengembalikan tas tersebut, dan atas perhatian masyarakat terhadap langkah hukumnya, tas tersebut mendorong banyak calon pembeli potensial. Hal tersebut yang membuat Carlson memutuskan untuk melelangnya lagi.
Di sisi lain, salah satu kelompok mengritisi keputusan Carlson untuk menjual sepotong sejarah luar angkasa. "Tas itu (seharusnya) ada di museum, jadi seluruh dunia dapat berbagi dan merayakan pencapaian universal manusia yang diwakili oleh tas tersebut," ujar Michelle Hanlon, salah satu pendiri For All Moonkind, organisasi non-profit yang dibentuk untuk membujuk PBB agar menerapkan langkah-langkah untuk melestarikan dan melindungi keenam lokasi pendaratan Apollo di bulan.