Senin 24 Jul 2017 16:20 WIB

Indef: Ketimpangan Jakarta tak Hanya Butuh Pelatihan UMKM

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Sebuah helikopter melintasi gedung apartemen di Jakarta.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Reno Esnir
Sebuah helikopter melintasi gedung apartemen di Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--  Program Director Indef Berly Martawardaya menilai untuk mengatasi kesenjangan ekonomi di Jakarta bukan hanya perlu pelatihan UMKM. Bantuan pelatihan untuk bidang lainnya seperti pelatihan vokasi dinilai dibutuhkan. Sebab, tidak semua masyarakat Indonesia menginginkan untuk menjadi pelaku UMKM.

"Banyak juga yang ingin bekerja dan ini perlu bantuan pelatihan," ujarnya dalam diskusi publik bertema Menakar Keberpihakan Jakarta dalam Mengatasi Ketimpangan Ekonomi di Taman Suropati, Ahad (23/7) malam.

Ia mengatakan, tingginya kesenjangan dalam sebuah kota atau negara dapat berdampak pada adanya kekhawatiran terhadap keamanan. Misalnya, mereka yang memiliki ekonomi tinggi merasa maayarakat ekonomi rendah akan melakukan tindak kejahatan dan sebagainya. Makin besar kesenjangan juga akan berpengaruh pada politik. Contohnya berbagai demonstrasi hang dilakukan masyarakat karena merasa adanya kesenjangan. "Ini membuat lebih responsif," katanya.

Sedangkan, kesamaan ekonomi akan membuat hubungan sosial lebih baik karena tidak adanya batasan sosial. Kesenjangan di Jakarta diakui Berly mengalami sedikit penurunan dari 0,43 menjadi 0,41 selama lima tahun ini. Tapi amplitudo atau fluktuasinya cukup tinggi. Bahkan tingkat kemiskinan Jakarta pada 2012 dan 2017 sama, di angka 3,7 persen. "Itu artinya selama kurun waktu lima tahun tidak terjadi penurunan sedikitpun," ujar dia.

Senada dengan Berly, mantan Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha mengatakan, sejak ia menjejakkan kaki di Jakarta hingga saat ini, kemiskinan dan kesenjangan masih saja terjadi di ibu kota. Orang miskin seolah tidak diurus. Hal ini terlihat dengan banyaknya penggusuran pasar tradisional. Padahal tidak semua masyarakat mampu untuk berbelanja di supermarket. "Yang terjadi sekarang bukan memberantas kemiskinan tapi memberantas yang miskin," kata dia.

Dia mencontohkan kawasan Epicentrum yang dulunya adalah pasar diubah menjadi kawasan elite. Masyarakat miskin yang dulunya mendiami kawasan tersebut terpaksa pergi dan digantikan dengan mereka yang memiliki ekonomi baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement