REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan mengunjungi dua kota besar di Asia, yakni Tokyo, Jepang dan Seoul, Korea Selatan. Alasannya, kedua ibu kota itu adalah sister city Jakarta.
Kedatangan Anies sendiri salah satunya adalah untuk melihat pendekatan, ilmu dan teknologi yang ada untuk bisa dimanfaatkan sebagai solusi di Jakarta. Juru Bicara Anies-Sandi, Naufal Firman Yursak, di Jakarta, Rabu (2/8), mengatakan Anies berangkat ke Tokyo dan Seoul memang untuk menghadiri undangan dari pemimpin dua kota tersebut.
Anies bertemu dengan Gubernur Tokyo Yuriko Koike dan Wali Kota Seoul Won-Soon Park. "Pak Anies berdiskusi banyak dengan keduanya," kata Naufal.
Naufal menyebut, saat pertemuan dengan Gubernur Koike, Anies berbicara banyak hal. Jakarta dan Tokyo sudah menjalin kerja sama sejak 1989. Keduanya berkomitmen untuk memperdalam dan memajukan lagi hubungan antara Jakarta dan Tokyo.
Koike sendiri sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan Jepang lalu berhenti dan kemudian terpilih menjadi Gubernur Tokyo. Dia juga adalah perempuan pertama sebagai Gubernur Tokyo.
Anies menilai banyak yang bisa dipelajari dari pengalaman Tokyo dalam mengatasi masalah-masalah perkotaan, katanya
"Pertemuan dengan Gubernur Koike juga menjadi pembuka rangkaian untuk mempererat kolaborasi dengan berbagai pihak di Jepang," terangnya.
Saat di Tokyo, Anies juga mengunjungi Ariake Water Reclamation Center. Itu adalah pusat pengolahan air bagi warga Tokyo. Hal itu menunjukkan bahwa Pemerintah Tokyo sangat serius untuk memastikan ketersediaan air bagi seluruh warganya.
"Semangat untuk menyediakan air bersih untuk warga ini yang mau diteladani oleh Pak Anies," tambah Naufal.
Naufal menambahkan Anies juga bertemu dengan Wali Kota Seoul Won-soon Park. Keduanya memang pernah bertemu beberapa waktu lalu di Jakarta. Anies pun membalas kunjungan tersebut ke ibu kota Korea tersebut.
Banyak hal yang bisa diambil dari pengalaman Wali Kota Park untuk menata kotanya. Park yang pernah mendapatkan Magsaysay Award tersebut memiliki paradigma menata kota dengan partisipatif dari seluruh warganya, katanya.
"Ini yang mau dilakukan Pak Anies, bahwa menata kota tidak dengan meminggirkan suara warga, namun justru mengutamakannya," kata Naufal.