REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla meminta agar diaspora ikut berperan dalam membangun bangsa melalui inovasi, teknologi, maupun transfer ilmu pengetahuan. Dalam sambutannya di acara pembukaan Indonesian Diaspora Global Summit, Jusuf Kalla menyindir salah satu saksi kasus korupsi KTP elektronik (KTP-el) yakni Johannes Marliem yang meninggal dunia di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Dalam sambutan tersebut, Jusuf Kalla menyindir bahwa mendiang Johannes Marliem merupakan diaspora yang tidak perlu dicontoh. Sebab, dia telah merugikan bangsa dengan ilmu yang dimilikinya.
"Baru saja kita mendengar duka kematian Johannes Marliem, dia ternyata mempunyai kelompok untuk merampok bangsa ini dengan ilmunya, nah bahaya ini. Kita ingin dengan ilmu Anda, dengan perusahaan Anda membangun bangsa ini sebaik-baiknya," ujar Jusuf Kalla di Hotel JS Luwansa, Senin (21/8).
Diketahui, Johannes Marliem merupakan Direktur Biomorf Lone LCC Amerika Serikat, perusahaan penyedia layanan teknologi biometrik. Johannes diduga memiliki bukti rekaman proses pembahasan anggaran proyek pengadaan KTP-el, termasuk dengan Ketua DPR RI Setya Novanto yang saat itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar.
Dalam dakwaan penuntut umum KPK kepada terdakwa Irman dan Sugiharto, Johanes Marliem juga disebut menerima sejumlah 14,88 juta dolar AS dan Rp 25,24 miliar terkait proyek sebesar Rp 5,95 triliun tersebut. Dalam kasus ini, Setya Novanto telah ditetapkan KPK sebagai tersangka. Diketahui kerugian negara akibat kasus korupsi KTP-el ini adalah sebesar Rp 2,3 triliun.
Jusuf Kalla mengatakan, seluruh diaspora Indonesia diharapkan dapat memiliki andil dan bersinergi dalam membangun bangsa seperti yang dilakukan India, Cina, dan Filipina. Menurutnya, ketiga negara tersebut mempunyai kekuatan ekonomi yang besar karena peran diaspora.
"Kita bangsa yang besar harus menggapai cita-citanya dengan bekerja keras dan bersatu," kata Jusuf Kalla.