Senin 21 Aug 2017 19:34 WIB

Haedar Nashir Ajak Generasi Muda Bangun Tradisi Besar

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Foto: Nico Kurnia Jati
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, mengajak mahasiswa-mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi intelegensia muda yang memiliki karakter dan tradisi besar. Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan di Masa Ta'aruf (Mataf) Maba UMY 2017.

"Karakter tradisi besar, sebagai insan berkemajuan yang bisa membawa Islam menjadi agama peradaban dan membangun peradaban bangsa Indonesia yang lebih maju," kata Haedar di Sportorium Kampus Terpadu UMY, Senin (21/8).

Ia menuturkan, setidaknya terdapat lima ciri karakter tradisi besar yang harus dimiliki yaitu menjadi orang yang religius, saleh, mengetahui dan bisa membedakan benar atau salah, serta pantas dan tidak pantas. Ciri kedua, lanjut Haedar, menjadi insan yang cerdas dan berkeahlian.

Ketiga, menjadi insan yang mandiri, tidak manja dan berdiri tegak di atas kemampuan sendiri, keempat memiliki solidaritas kolektif dan kelima menjadi kader umat dan bangsa yang bisa membawa pencerahan untuk bangsanya. Menurut Haedar, semua bekal itu akan membuat seseorang tidak cuma berguna tapi rahmat bagi semesta.

"Bukan hanya berguna bagi diri sendiri dan keluarga tapi juga menjadi rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam)," ujar Haedar.

Ia menekankan, peran Muhammadiyah dalam pembangunan bangsa bukan sekadar organisasi kemasyarakatan dan dakwah, tapi organisasi yang telah mengukir kisah sukses pembaruan. Haedar menegaskan, selama ini Muhammadiyah telah mengajari bangsa menjadi terdidik, memiliki kepribadian, dan iman yang kokoh.

"Karena itu, Anda berada di kampus dan organisasi Islam yang punya tradisi besar dalam perjalanan umat dan sejarah republik ini, saya mengajak ananda sekalian untuk miliki karakter tradisi besar ini, demi membangun peradaban bangsa yang lebih maju," kata Haedar.

Senada, Rektor UMY, Gunawan Budiyanto mengingatkan, mereka yang telah menjadi mahasiswa telah datang ke tempat yang tepat. Hal itu dikarenakan mereka datang ke organisasi dimana Pancasila lahir, dan akan didik menjadi insan yang Pancasilais, sesuai peranan Muhammadiyah dalam pembuatannya.

"Anda juga dididik untuk menjadi insan yang toleran, karena pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah bukan hanya untuk Muslim saja, tapi juga untuk non-Muslim," ujar Gunawan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement