REPUBLIKA.CO.ID, TABALONG -- Nusantara Mengaji menyambangi Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Acara berlangsung di Tanjung, Selasa (22/8).
Koordinator Nasional Nusantara mengaji, Jazilul Fawaid mengaku bersyukur Khataman Alquran bisa kembali digelar di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Menurutnya, Kabupaten Tabalong merupakan salah satu tempat yang, diakui atau tidak, dipilih oleh Allah untuk dijadikan salah satu majlis khotmil quran.
“Jadi, berungtunglah tempat atau daerah yang dijadikan majelis khatmil Quran karena dengannya insya Allah berkah dan rahmat Allah akan turun di tempat atau daerah tersebut,” ujar Jazil di lokasi acara, Selasa 22 Agustus 2017.
Jazil mengingatkan kembali tentang keutamaan mengaji dan khotmil Quran yang perlu ditradisikan dan dilestarikan bersama. Apalagi saat ini banyak orang yang sudah berpaling dari Alquran akibat gempuran globalisasi dan kapitalisasi.
Dikatakan Jazil, banyak masyarakat yang hanya sibuk mengejar kesenangan dan melupakan ketenangan. Padahal ketenangan itu merupakan kunci dari sebuah kesuksesan, tanpa ketenangan orang cenderung panik dan tanpa pertimbangan yang matang.
“Sedangkan ketenangan itu hanya didapat dengan dan bersama Alquran. Karena dalam Alquran itu banyak sekali mengandung keutamaan yang dapat menenangkan dan menentramkan hati/jiwa seseorang,” tegasnya.
Akan tetapi, Jazil berharap orang yang membaca Al qur an itu haruslah sungguh-sungguh tidak boleh main-main sehingga ketenangan itu ia dapatkan. Dalam sebuah hadis, lanjut Jazil, digambarkan tentang tingkatan orang yang mendapatkan ketenanngan dengan membaca Alquran.
Dakwah yang terus digaungkan Nusantara Mengaji atas inisiatif Abdul Muhaimin Iskandar ini, kata Jazil, merupakan suatu kewajiban. Nusantara Mengaji ingin setiap muslim selalu berinteraksi aktif dengan Alquran, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak.
“Membaca Alquran merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk mengairahkan serta menghidupkan kembali kegairahan kita dalam membaca Alquran,” tukas Jazil
Jazil mengakui tidak banyak mengetahui sejarah Kota Tanjung, lokasi Khataman Alquran, yang menjadi pusat pemerintahan Tabalong tersebut. jazil hanya sedikit mengutip bahwa di Tabalong pernah ada sebuah kerajaan bernama Tanjung Puri, didirikan oleh orang-orang Melayu yang bermigrasi dari Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera pada sekitar abad ke-4 M.
“Para imigran yang memiliki budaya lebih tinggi daripada penduduk lokal (suku Dayak) pada saat itu, mendirikan pemukiman di sepanjang bibir Sungai Tabalong,” kata Jazil.
Keberadaan kerajaan tersebut juga membuat khazanah sosial budaya kemasyarakatan tumbuh dan berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Menurut Jazil, para imigran Melayu kemudian berbaur dan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, perpaduan dari Suku Melayu dan Suku Dayak inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Suku Banjar di Kalimantan Selatan.
“Semakin lama perkampungan mereka semakin ramai dan kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Tanjung Puri di pesisir sungai Tabalong, Tanjung Tabalong. Benar tidaknya sumber ini biarlah nanti Abah Guru Danau yang menjelaskan,” terang Jazil.