REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kasus bunuh diri di Kabupaten Banyumas, diakui staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Tri Wuryaningsih, tergolong tinggi. Bahkan dibandingkan daerah lain di Jateng bagian barat, kasus bunuh diri di Banyumas tergolong menonjol.
Menurutnya, kasus bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Banyumas kebanyakan dilakukan dengan cara gantung diri. ''Biasanya, mereka yang melakukan tindakan nekat seperti itu berasal dari kalangan keluarga yang tergolong miskin. Meski pun, pemicunya bukan karena masalah kemiskinan,'' katanya, Rabu (23/8).
Dalam beberapa kasus, kata sosok yang akrab disapa Triwur ini, mereka yang melakukan tindakan bunuh diri disebabkan karena penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh. Daripada terus menerus merepotkan keluarganya, maka korban akhirnya memilih jalan pintas melakukan tindakan bunuh diri.
''Mungkin pemicu bunuh dirinya, memang akibat penyakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Namun bila ditelisik lebih jauh, maka sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan korban nekad bunuh diri. Yakni, kemiskinan,'' katanya.
Triwur menyebutkan, bila korban yang sakit menahun tersebut berasal dari keluarga mampu, kemungkinan besar tidak akan melakukan tindakan bunuh diri. Orang yang mampu secara ekonomi, tentu akan bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sebaik mungkin sehingga penyakitnya bisa diobati sehingga tidak sampai melakukan bunuh diri.
''Dengan demikian, walau pun banyak faktor yang menjadi pencetus seseorang melakukan tindakan bunuh diri, namun seringkali muaranya adalah karena faktor kemiskinan,'' katanya.
Lebih dari itu, kondisi sosial yang berkembang saat ini juga cenderung mendorong orang untuk cepat merasa frustrasi. ''Solidaritas sosial yang makin lemah, menyebabkan orang menjadi seringkali merasa kesepian. Ketika seseorang menghadapi persoalan, tidak ada lagi orang yang bisa menjadi tempat curhat atau gendu-gendu rasa,'' katanya.
Padahal, kata Triwur, adanya orang yang bisa menjadi tempat berbagi ini, sangat penting bagi orang-orang yang sedang mengalami persoalan ini. ''Dengan adanya orang yang bisa diajak gendu-gendu rasa, paling tidak beban kejiwaan yang dialami seseorang bisa sedikit berkurang. Tidak terus menumpuk, yang kemudian memicu tindakan nekad,'' jelasnya.
Berdasarkan catatan Republika.co.id, kasus bunuh diri di Banyumas berulang kali dilaporkan. Pada bulan April 2017 lalu, tercatat ada dua kasus bunuh diri dengan cara gantung diri. Kemudian pada bulan Juni, terjadi 1 kasus. Terakhir, pada Ahad ( 20/8) malam lalu, seseorang nekat bunuh diri dengan menabrakkan diri ke rangkaian KA yang sedang melaju.