Jumat 25 Aug 2017 17:51 WIB

Muslimah Berhijab Dipukuli Akibat Islamofobia di Spanyol

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID – Seorang wanita Muslim berhijab menjadi korban pemukulan sekelompok pemuda di dekat stasiun metro di Usera, Madrid, Spanyol, Rabu (23/8). Otoritas keamanan setempat menduga penyerangan tersebut merupakan bentuk Islamofobia yang timbul pasca-insiden teror di Barcelona yang terjadi pekan lalu.

Berdasarkan pengakuan korban kepada otoritas keamanan setempat, sebelum dipukuli, dua atau tiga pemuda terlebih dulu menghina dan melecehkannya secara verbal. Tak puas hanya dengan intimidasi verbal, sekelompok pemuda tersebut kemudian memukuli wanit berusia 38 tahun itu hingga menderita memar dan gegar otak ringan.

“Petugas staf di stasiun metro memanggil layanan darurat dan korban dibawa ke rumah sakit dengan luka dan memar setelah serangan itu terjadi,” demikian laporan surat kabar El Pais, seperti dikutip laman The Independent, Jumat (25/8).

Unit Manajemen Keanekaragaman Kota Madrid telah mengambil alih penyelidikan atas kasus pemukulan Muslimah ini. Menurut laporan, kepolisian Madrid telah memperlakukan kejadian tersebut sebagai kejahatan kebencian Islamofobia. Penyerangan terhadap Muslimah di Madrid terjadi sepekan setelah aksi teror yang membekap Barcelona. Dua serangan berupa aksi penabrakan pejalan kaki menyebabkan 15 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka.

Lima tersangka yang terlibat dalam aksi penyerangan tersebut ditembak mati oleh personel kepolisian di lokasi kejadian. Adapun pelaku utama, yakni pengendara van dalam serangan di Las Ramblas, Catalonia, Younes Abouyaaqoub, walaupun sempat buron, namun akhirnya berhasil diketahui keberadaannya di Subirats, sebelah barat Barcelona.

Namun Abouyaaqoub harus mengalami nasib serupa dengan rekan-rekannya. Ia ditembak mati oleh petugas ketika hendak disergap. Adapun alasan penembakan dilakukan karena Abouyaaqoub diduga hendak meledakkan dirinya dengan sebuah bom yang melekat di badannya. Selain keenam tersangka yang tewas, otoritas keamanan Spanyol juga telah menahan empat tersangka lainnya yang terlibat dalam aksi teror di Barcelona. Mereka tengah menjalani proses hukum di pengadilan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pasca-insiden teror di Barcelona sentimen anti-Islam mulai muncul di Spanyol. Dalam laporan yang diterbitkan El Pais, seperti dikutip the Independent, kepolisian Madrid telah mendapat laporan tentang adanya sebuah spanduk xenofobia dan Islamofobia di sebuah bangunan di sisi kota. Spanduk tersebut bertuliskan, “Islam menghancurkan Eropa saat kita membuka pintu. Selamat datang teroris.

Kata-kata dalam spanduk itu menyinggung kampanye internasional yang bertajuk “Selamat Datang Pengungsi”. Pihak berwenang Madrid telah meminta agar spanduk tersebut diturunkan dan disita. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kekerasan yang disebabkan oleh pesan kebencian di ruang publik.

Selain itu, seperti dilaporkan laman Newsweek, beberapa masjid di Spanyol juga mulai dihantui teror Islamofobia. Sebuah masjid di Sevila, misalnya, menerima pesan kebencian dalam bentuk grafiti di tembok bangunannya. Pesan tersebut berbunyi ancaman pemenggalan kepala dengan parang terhadap Muslim.

Kemudian pada Sabtu (19/8) lalu, sebuah masjid di Granada juga diserang dengan menggunakan suar oleh sekelompok orang tak dikenal. Mereka juga meneriakkan pesan kebencian terhadap Islam ketika melakukan aksi sentimen rasialnya tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement