REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengapresiasi diadakannya Jambore Sungai. Ia menilai, disebarkannya kesadaran menjaga sungai akan memberikan bekal yang berarti bagi masyarakat dalam menghadapi bencana. "Kalau terjadi bencana, ini operasi kemanusiaan yang bisa kita dorong," kata Ganjar di Konferensi Nasional Pendidikan Bencana 2017 di Universitas Muhammadiyah Magelang, belum lama ini.
Ia pun menyambut baik timbulnya kesadaran mandiri dari masyarakat, melalui komunitas-komunitas yang bergerak tanpa pamrih. Bahkan, kongres-kongres sungai telah banyak dilaksanakan secara mandiri, seperti di Semarang, Malang, Kalimantan Selatan dan Jakarta. Ganjar mengaku bangga lantaran belakangan kohesi yang dimiliki komunitas-komunitas semakin tinggi. Ia berpendapat, egaliter yang membuat semua orang yang telah bergerak itu merasa sama, yaitu untuk sama-sama bekerja untuk sungai.
Selain itu, perguruan-perguruan tinggi diminta semakin semangat membuat program Kuliah Kerja Nyata (KKN), termasuk untuk bencana. Menurut Ganjar, sangat penting mempersiapkan proses pencegahan dari sisi hulu sebelum terjadinya bencana. "Melalui Sekolah Sungai, kita mau jadi sungai terbersih di dunia pada 2045, tentu dibantu riset profesor-profesor atau teman-teman akademisi," ujar Ganjar.
Sungai, lanjut Ganjar, apabila terkelola dan mampu terjaga bersih, secara tidak langsung akan memunculkan perilaku yang bagus dari masyarakatnya. Hal itu yang turut akan menghapus stigma buruk pada sungai yang selama ini tidak mampu di kedepankan.
Aksi nyata ini dirasa sudah mulai banyak dilakukan, baik di Jawa Tengah maupun DI Yogyakarta, terutama dari komunitas-komunitas sungai. Mulai dari komunitas yang memperindah sungai dengan cat warna-warni, sampai komunitas anak-anak yang mananam tanaman. "Jadi, pola pikirnya sungai bukan tempat sampah tumbuh, dan saat membicarakan sungai keindahannya akan ada di depan, bukan keburukannya," kata Ganjar.