REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Bank Sentral Nigeria akan menyiapkan instrumen keuangan untuk memberikan dukungan likuiditas kepada pemberi pinjaman tanpa membayar bunga. Hal ini sebagai upaya untuk menjadikan Nigeria sebagai pusat keuangan syariah di Afrika.
Dilansir Zawya, Ahad (27/8), Bank Sentral Nigeria juga mencoba meniru keberhasilan Malaysia dalam mengembangkan industri keuangan syariah, yakni berupaya menetapkan peraturan dalam obligasi syariah dan takaful. Sejauh ini, industri perbankan di Nigeria masih didominasi oleh produk-produk konvensional.
Unit usaha syariah yang dimiliki oleh Nigeria saat ini diantaranya Sterling Bank, dan Stanbic IBTC. Selain itu, Nigeria juga telah memiliki dua bank syariah full fledged yang sudah beroperasi sejak 2012 yakni South Africa's Standard Bank dan Jaiz Bank.
Dalam surat edaran Bank Sentral Nigeria disebutkan, instrumen baru ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada pemberi pinjaman yang mengalami masalah likuiditas. Nantinya bank sentral akan mengurangi agunan pada saat jatuh tempo.
Nigeria secara bertahap telah membuka diri terhadap industri keuangan islam. Pada Oktober, regulator memberikan status likuiditas untuk obligasi syariah yang diterbitkan oleh pemerintah setempat. Sebelumya, Nigeria meluncurkan sukuk senilai 318 juta dolar AS pada Juni 2017 untuk diversifikasi pendanaan alternatif bagi pemerintah.