REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO – Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan bahwa pemerintahnya saat ini akan mempererat kerja sama dengan Cina dan Rusia guna menekan Korea Utara (Korut). Pernyataannya ini berkaitan dengan uji coba rudal terbaru Korut yang dilakukan pada Selasa (29/8).
Menurut Suga, Cina dan Rusia memang memainkan peran penting untuk mengikis aktivitas rudal dan nuklir oleh Pyongyang. Namun, Suga menyimpan harapan lebih besar kepada Cina terkait hal ini. “Sebab Cina adalah mitra dagang Korut yang paling penting. Terhitung sekitar 90 persen dari keseluruhan perdagangan dalam hal nilai,” katanya, seperti dilaporkan laman NHK.
Jepang, ungkap Suga, telah meminta dan mendesak kedua negara terkait untuk memainkan peran yang bertanggung jawab dan konstruktif terhadap Korut. Karena ia menilai, dengan pengujian rudal balistik terbaru, ancaman rudal Korut semakin nyata.
Kemudian terkait resolusi Dewan Keamanan PBB yang menjatuhkan sanksi kepada Pyongyang, Suga akan bekerja sama dengan negara-negara terkait guna memastikan hal itu diterapkan. “Jepang akan mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, dan Rusia untuk memastikan bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB diterapkan,” ujarnya. “Tekanan terhadap Korut harus diperkuat untuk menghentikan tindakan provokatifnya, termasuk mengambil langkah konkret menuju denuklirisasi,” kata Suga.
Pada Selasa (29/8) dini hari, Korut kembali meluncurkan sebuah rudal balistik yang melintasi Jepang. Rudal tersebut terbang di atas pulau Hokaido sebelum mendarat di Pasifik, tepatnya sekitar 1.180 kilometer di timur pulau tersebut.
Korut, pada awal Agustus, telah sesumbar akan melakukan balas dendam berkali-kali lipat terhadap Amerika Serikat (AS). Ancaman terhadap AS dilayangkan setelah Negeri Paman Sam menginisiasi penerapan sanksi terbaru Dewan Keamanan PBB terhadap Korut.
Sanksi itu berupa pelarangan ekspor komoditas utama Korut, seperti batu bara, besi, bijih besi, dan hasil laut. Sanksi ini diperkirakan dapat menyebabkan Korut kehilangan pendapatan senilai 3 miliar dolar AS setiap tahunnya.
Korut juga mengancam akan menyerang Guam, sebuah pulau di Samudra Pasifik yang menjadi pangkalan dan basis militer AS. Namun serangan ini ditunda. Korut beralasan negaranya akan menunggu tindakan provokatif AS terlebih dulu di Semenanjung Korea sebelum melancarkan serangannya.