REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pekan lalu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menggelar kegiatan Kemitraan Strategis dalam Menumbuhkembangkan Kader Wirausaha Muda Pemula di Hotel Grand Mercure, Yogyakarta. Acara yang berlangsung mulai tanggal 22 Agustus hingga 25 Agustus ini dibuka oleh Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda, Ponidjan. Hadir pula Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora, Jonni Mardizal.
Dalam sambutannya, Ponidjan mengungkapkan bahwa sinergitas lintas sektor dalam pengembangan kewirausahaan pemuda adalah hal penting. Sinergitas itu mewujudkan amanah UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, PP No. 14 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan, dan Perpres No. 66 Tahun 2017 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan. Sinergitas itu merupakan strategi agar pengembangan kewirausahaan pemuda yang tersebar di berbagai kementerian lembaga dapat berjalan harmonis.
Jonni Mardizal menyatakan perlunya penataan ulang terhadap brand kewirausahaan pemuda menuju Indonesia berdikari.K arakter, kapasitas dan daya saing wirausaha mudayang masih rendah menjadi salah satu kondisi yang memprihatinkan. Belum lagi pembagian peran antar sektor dalam membangun kewirausahaan masih belum jelas.
Selain itu, pengembangan kewirausahaan juga masih menggunakan economic approach semata. Rebranding ini diharapkan mampu membentuk kondisi dimana wirausaha muda memiliki karakter yang kuat, kapasitas tinggi dan memiliki daya saing. Oleh karena itu, Kemenpora berupaya menciptakan kader wirausaha dan pengembangan kewirausahaan menggunakan human resources approach.
Upaya rebranding kewirausahaan pemuda dilakukan dengan dua strategi. Pertama, program kewirausahaan pemuda tidak sekedar pelatihan dan pemberian modal, melainkan program untuk mencetak pemuda pada umumnya, yaitu wirausaha yang berkarakter, berkapasitas, dan berdaya saing. Kedua, melaksanakan kebijakan yang diamanatkan undang-undang, yaitu program yang lebih fokus pada upaya mempersiapkan kader-kader wirausaha muda pemula unggul, yaitu wirausaha yang memiliki karakter, kapasitas, dan daya saing.Jonni mengatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah mencetak duta wirausaha muda adalah melalui Soprema (Sociopreneur Muda Indonesia).
Pada konferensi pers Soprema 2017 bulan Maret lalu, Ponidjan menyampaikan, sociopreneur merupakan ujung tombak mengidentifikasi masalah sosial dan menjadi solusi. Soprema menjadi wadah pembentukan pemuda sebagai kader-kader petarung masa depan. "Harapannya kader-kader itu memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungannya karena hanya orang-orang yang memiliki jiwa inilah yang akan menjadi pemimpin," ujarnya. .
Kompetisi dan Expo Sociopreneur Muda Indonesia (Soprema) 2017 merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh YouSure Fisipol UGM untuk membentuk pemuda Indonesia yang memiliki semangat kewirausahaan sosial di Indonesia. Dengan dukungan dari Kemenpora, Soprema 2017 berkontribusi dalam pembentukan duta wirausaha muda melalui pembinaan kepada para pemenang, baik dari sisi moril dan inovasi melalui coach dan mentor, koordinasi dan sinergitas dengan stakeholder, serta tak lupa dukungan anggaran.