Senin 11 Sep 2017 14:44 WIB

Setnov Sakit Berat, Dolly: Baiknya Mundur dari Ketum Golkar

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham mendatangi gedung KPK untuk menyampaikan keterangan tidak hadirnya Ketua DPR Setya Novanto dalam pemeriksaan kasus korupsi KTP Elektronik (KTP-el), Jakarta, Senin (11/9).
Foto: Republika/Prayogi
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham mendatangi gedung KPK untuk menyampaikan keterangan tidak hadirnya Ketua DPR Setya Novanto dalam pemeriksaan kasus korupsi KTP Elektronik (KTP-el), Jakarta, Senin (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahmad Dolly Kurnia yang menyebut dirinya sebagai inisiator Gerakan Muda Partai Golkar mengaku heran dengan ketidakhadiran Setya Novanto di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setnov dipanggil untuk diperiksa sebagai tersangka dalam kasus proyek pengadaan KTP-el pada Senin (11/9) ini.

"Padahal Idrus Marham berkali-kali dalam dua hari kemarin memastikan bahwa SN akan memenuhi panggilan itu. Dan saya juga mendapat informasi bahwa kemarin dan hari-hari sebelumnya SN baik-baik saja dan hadir di beberapa pertemuan dan undangan," kata dia melalui pesan elektronik, Senin (11/9).

Dolly juga prihatin jika Novanto betul-betul menderita banyak penyakit secara tiba-tiba yaitu vertigo, gula, ginjal, dan jantung. Orang yang terkena penyakit yang berat tersebut, tentu akan kesulitan mengerjakan sesuatu. Apalagi mengemban amanah sebagai Ketum Partai Golkar. 

"Jadi apabila benar sakit, sebaiknya SN meletakkan jabatan dan mundur sebagai Ketua Umum. Dalam bahasa AD/ART itu masuk kategori "berhalangan tetap" namanya. Kita ikhlaskan SN untuk fokus menghadapi sakitnya dan kasus hukumnya," ujar dia.

Jika sakit Novanto itu sengaja dibuat-buat, kata Dolly, dan sekadar mencari alasan mangkir dari panggilan KPK, maka jelas itu adalah perbuatan yang tidak mentaati hukum dan tercela. Selain itu, kondisi tersebut menghambat proses penegakan hukum yang sedang berlangsung.

"Dan itu akan semakin menambah "malu" wajah Golkar, karena dianggap tidak menghargai proses hukum," tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement