Sabtu 16 Sep 2017 16:50 WIB

‘Jangan Kecil Hati Banyak Pencibir Aksi Bela Rohingya'

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ratna Puspita
Ribuan peserta mulai memadati kawasan Lapangan Monas untuk melakukan aksi solidaritas Rohingya, Sabtu (16/9).
Foto: Republika/Ali Yusuf
Ribuan peserta mulai memadati kawasan Lapangan Monas untuk melakukan aksi solidaritas Rohingya, Sabtu (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Aksi Bela Rohingya menjadi wadah berkumpulnya organisasi Islam. Karena itu, dia meminta umat Islam tidak berkecil hati dengan orang-orang mencibir aksi ini. 

Dahnil meminta, umat Islam tidak perlu berkecil hati kalau ada orang lain merendahkan perjuangan yang telah dilakukan Muslim di Indonesia untuk Rohingya. Karena, dia menuturkan, orang yang mencibir perjuangan kemanusiaan tidak memiliki semangat kebersamaan.

Dia pun menyerukan umat Islam untuk bersatu. Tidak hanya menyuarakan solidaritas untuk Myanmar tetapi juga memelihara ukhuwah islamiah antarumat Islam di Indonesia dan seluruh dunia.

“Mari kita satukan perjuangan agar pembantaian, pembersihan etnis Rohingya bisa dihentikan. Semoga apa yang telah kita lakukan dapat meringankan penderitaan sodara-sodara kita di sana," kata dia ketika berorasi di depan massa Aksi Bela Rohingya 169 di depan patung kuda, Monas Jakarta Pusat, Sabtu (16/9).

Dahnil juga pemerintah Indonesia meningkatkan diplomasi dengan Myanmar. Sebab, dia menilai, diplomasi lembut (soft diplomacy)yang dilakukan oleh pemerintah selama ini tidak berhasil menghentikan kekerasan pemerintah dan militer Myanmar terhadap etnis Rohingya di Rakhine. 

"Jadi sikap terang, sikap tegas itu harus ditunjukkan kepada Myanmar. Presiden Indonesia harus berani mengatakan stop kekerasan di Myanmar," katanya.

Dia mendorong agar Presiden Joko Widodo mengajak kepala negara di seluruh dunia untuk mendesak penghentian kekerasan dan penindasan terhadap Rohingya. 

Ketua Umum Pemuda Persis Ustaz Eka Permana Habibilah juga mengutarakan hal serupa dalam orasinya. Dia meminta agar Pemerintah Indonesia tidak hanya melakukan soft diplomacy namun juga gerakan-gerakan yang dapat mengurangi penderitaan etnis Rohingya di Rakhine. 

"Sebagai negara muslim terbesar di dunia dapat menunjukkan kontribusinya. Artinya, Indonesia mampu menyetop genosida di sana," katanya.

Eka Permana meminta umat Islam dan pemerintah Indonesia tetap semangat mengurangi penderitaan etnis Rohingya. Dia mengatakan, jangan sampai semangat rakyat Indonesia dalam membantu Myanmar berkurang sehingga membuat kekerasan di Rakhine Myanmar semakin meningkat.

Pengunjuk rasa lain yakni Eka Jaya dalam orasinya  mengatakan kekerasan terhadap etnis Rohingya masih terus terjadi hingga Jumat (15/9) kemarin. Untuk itu, dia mendesak perwakilan Pemerintah Myanmar di RI untuk menyampaikan kepada penguasa di negerinya agar menghentikan genosida etnis Rohingya. 

Eka Jaya juga meminta Pemerintah Myanmar segera mengakui status kewarganegaraan dan memberikan jaminan keamanan sehingga etnis Rohingya dapat hidup nyaman tentram dan damai di negaranya sendiri.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, berkumpulnya ormas Islam dalam Aksi Bela Rohingya 169 sebagai bukti tiga hal yakni iman Islam, ukhuwah Islamiyah, dan keindonesiaan. “Bukti iman Islam, saya dengar ada (peserta) dari Banten, dari Palembang dan dari seluruh Indonesia dan mudah-mudahan itu menjadi bukti yang dapat menjauhkan dari siksa api neraka karena ini bukti iman kita," kata dia.

Terkait ukhuwah islamiyah, dia mengatakan, aksi ini mampu mempersatukan umat Islam. Dia menambahkan jika umat Islam bersaru maka Islam akan jaya. "Kalau Islam sudah jaya pasti Indonesia juga akan jaya dan ini bukti dari keindonesiaan,” kata dia. 

Untuk dapat terus membantu penderitaan etnis Rohingya, Mardani mengajak semua masyarakat yang hadir meningkatkan kapasitas diri, pemikiran, dan keterbukaan dalam berpikir. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement