REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sebuah tugu yang terdiri dari lima tiang yang menyimbolkan bambu runcing yang dijadikan sebagai senjata pejuang Bekasi dalam mempertahankan Indonesia dari tangan penjajah. Sehelai bendera merah putih sebagai lambang kemerdekaan Indonesia yang terselip di antara lima tiang tersebut berdiri di pusat Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Margahayu, Kota Bekasi.
Tapi tugu itu seolah hanya sebuah hiasan di pusat Kota Bekasi. Sejarah jiwa nasionalis pahlawan, dan perjuangan hingga titik darah penghabisan yang terkandung dalam Tugu Bambu Runcing tersebut seolah hilang dan terlupakan. Kini keadaannya tidak terawat bahkan tertutupi videotron berukuran 2 x 3 meter.
Kepala Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bekasi Dzikron mengatakan, Videotron milik Bekasi Cyber Park (BCP) yang diduga menutupi Tugu Bambu Runcing berdiri sejak akhir Agustus 2017 lalu.
Dzikron menjelaskan, videotron tersebut sejatinya berdiri tidak sesuai dengan titik yang direkomendasikan. Dinas PUPR, lanjut dia, juga telah meminta pemilik untuk memindahkan dan mencari tempat lain untuk memasang videotron tersebut agar tidak menghalagi tugu.
Pemilik videotron, kata Dzikron, telah diberikan teguran dan diberikan waktu satu pekan untuk proses pemindahan videotron tersebut. Dia menjelaskan, Pemerintah Kota Bekasi tidak memiliki wewenang untuk menggeser atau memindahkan videotron. Lantaran videotron tersebut milik perusahaan, dibutuhkan koordinasi dan pemberitahuan terlebih dahulu sebelum melakukan penggeseran.
"Penggeserannya mungkin dari satu pekan ini sudah dilakukan. Nanti saya minta desain videotronnya, akan digeser ke mana, dan yang disetujui ke mana untuk alternatif tempatnya," kata Dzikron kepada Republika.co.id, Selasa (19/9).
Pegiat sejarah dari Komunitas Front Bekasi Beny Rismawan mengaku sangat miris melihat Tugu Bambu Runcing Kota Bekasi kini yang telah dipenuhi coretan-coretan cat pilox dan keberadaan videotron yang hampir menutupi seluruh badan tugu. Menurut dia, tertutupnya Tugu Bambu Runcing dapat memberikan kesan buruk pada Kota Bekasi yang seolah-olah tidak menghargai jasa-jasa para pahlawan.
"Ketika lihat ada monumen pahlawan nasional tapi tertutup, rasanya miris," kata Beny.
Menurut Benny, keberadaan tugu atau prasasti sejarah yang kurang dirawat, lama kelamaan akan hilang, dan semakin dianggap sebagai hal sepele yang tidak penting.
Benny berharap Pemerintah Kota Bekasi dapat menjaga peninggalan sejarah, sehingga bukti perjuangan pahlawan Bekasi dapat terus terjaga hingga generasi mendatang, bukan hanya sekadar membangun tugu atau prasasti tanpa disertai perawatan dan pemeliharaan. "Itu tugas Pemkot Bekasi yang selama ini cuek, hanya sekadar dibangun setelah itu tidak ada perawatan sama sekali," kata dia.