REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesultanan Cirebon yang eksis pada abad ke-15 dan 16 M ini merupakan salah satu pemerintahan Islam yang kuat di Jawa Barat. Awal mula berdirinya daerah Cirebon dimulai dari kampung Kebon Pesisir.
Karena mengalami perkembagan yang sangat pesat, kampung itu juga disebut sebagai Nagarai Cerbon. Pemimpin tertingginya dijabat oleh Syarif Hidyatullah yang juga sekaligus sebagai waiyullah salah satu Wali Sembilan (Wali Songo).
Setelah masa kemerdekaan, kesultanan ini tak lagi menjadi pusat penyebaran Islam. Meski demikian, kesultanan ini kerap terlibat sebagai penggerak festival dan perayaan adat masyarakat setempat, salah satunya ada Festival Keraton Nusantara.
Peninggalan yang masih bertahan sampai saat ini adalah keberadaan keraton. Selain sebagai tempat meningkatkan nilai-nilai keagamaan dalam Islam, keraton itu juga menjadi tempat wisata yang menggerak perekonomian masyarakat setempat. Ini beberapa keraton yang terdapat di daerah Cirebon.
Kecirebonan
Kecirebonan dibangun pada 1800 M. Bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah, seperti keris, wayang, perlengkapan perang, gamelan, dan lain-lain. Seperti halnya keraton-keraton yang ada di Cirebon (Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman), Kecirebonan pun tetap menjaga, melestarikan, serta melaksanakan kebiasaan dan upacara adat, seperti Upacara Pajang Jimat dan sebagainya.
Bangunan Induk Keraton Kecirebonan ini diperuntukkan sebagai tempat tinggal sehari-hari sultan beserta keluarganya. Bangunan ini terdiri atas beberapa ruangan, antara lain, ruang tidur, ruang kerja sultan, kamar jimat, prabayasa, dapur, dan teras (berfungsi sebagai ruang tunggu bila prajurit rendahan ingin menghadap sultan).
Kasepuhan
Keraton ini merupakan keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Karena, di sini terdapat museum sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan koleksi milik raja. Keraton Kasepuhan adalah tempat kerajaan Islam berkuasa. Di sinilah pusat Kasultanan Cirebon berdiri.
Salah satu koleksi, yaitu kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati. Bagian dalam keraton ini terdiri atas bangunan utama yang berwarna putih. Keraton Kasepuhan memiliki dua kompleks bangunan bersejarah, yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan kompleks Keraton Pakungwati (sekarang disebut Keraton Kasepuhan) yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529 M.
Kanoman
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat istiadat dan pepakem, di antaranya, melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri, dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati yang juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah. Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar enam hektare ini berlokasi di belakang pasar.