REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak tujuh orang tewas kehabisan oksigen akibat keracunan asap monoksida dari genset di Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang. Lokasi kejadian yang berada di aula Balai Desa Ngadas ini rencananya akan dibongkar pasca-peristiwa itu.
Kepala Desa Ngadas, Mujianto mengatakan, terdapat tradisi masyarakat Tengger yang mengharuskan lokasi kejadian dibongkar. "Namanya ngepras," kata Mujianto saat ditemui wartawan di RS Saipul Anwar Kota Malang, Jumat (29/9).
Menurut Mujianto, tradisi tersebut bertujuan agar kejadian tersebut tidak menimpa warga lainnya di masa depan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada peristiwa atau musibah yang tak wajar seperti yang baru saja terjadi di Balai Desa Ngadas.
Adapun tradisi ini rencananya akan diselenggarakan setelah penyidikan kasus benar-benar usai. Setelah itu baru pihaknya membongkar aula Balai Desa Ngadas yang menjadi tempat kejadian perkaraz (tkp). Sembari menunggu dana untuk membangun kembali, lahan dari aula itu akan digunakan untuk tempat parkir balai desa.
Seperti diketahui, ketujuh korban keracunan gas ini terdiri dari dua orang dari Telkomsel dan lima kuli bangunan. Dua orang dari Telkomsel ini datang untuk membenarkan lampu yang padam. Sementara lima kuli lainnya memang terbiasa tidur di aula mengingat memiliki proyek pembangunan kantor desa selama dua pekan terakhir.
Mujianto menjelaskan, bau gas beracun genset sebenarnya sudah mulai tercium pada Kamis malam (28/9). Bahkan sebelum pulang, dia sempat meminta para korban untuk membuka pintu agar gas tersebut keluar. Namun sayangnya, korban nampaknya lebih memilih menutup pintu mengingat udara sangat dingin saat itu.