REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Produksi gula dari Pabrik Gula Madukismo di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2017 dipastikan mengalami penurunan hingga 37 persen dibanding produksi gula pada 2016. Direktur PG Madukismo Rahmat Edi Cahyono menuturkan tahun ini, target pencapaian gulanya hanya tercapai 63 persen.
Menurut dia, hasil penghitungannya produksi gula pabrik gula satu-satunya yang ada di wilayah Yogyakarta pada tahun 2016 mencapai sekitar 36 ribu ton, sementara pada 2017 hanya tercapai sekitar 22 ribu ton gula, turun sekitar 14 ribu ton. Rahmat mengatakan, penurunan produksi gula tersebut diakibatkan daripada efek dari pada iklim 2016 yang mana terjadi hujan terus menerus, sehingga mengakibatkan tanaman tebu baik batang primer maupun sekunder tidak tumbuh maksimal, bahkan sebagian mati.
"Karena iklim tersebut maka pada sekitar bulan Mei Juni, batang primernya pada mati, tidak tumbuh sehingga bobotnya jadi turun, kemudian batang sekunder tersiernya dalam kondisi umur masih muda, sehingga bobotnya makin berkurang," katanya, Jumat (29/9).
Ia mengatakan, kondisi iklim yang berdampak pada penurunan hasil panen tebu hingga berdampak pada produksi gula tersebut juga terjadi di seluruh pabrik gula di Jawa, tidak hanya terjadi PG Madukismo. "Kemarin kami dapat informasi dari teman di Jabar (Jawa Barat) dan Jatim (Jawa Timur) yang biasanya mereka giling tebu sampai November-Desember, namun sampai awal Oktober sudah selesai gilingnya, karena ada penurunan rata rata sampai 40 persen," katanya.
Menurut dia, karena produksi gula di beberapa daerah mengalami penurunan maka akan berdampak pada produksi secara nasional, bahkan pihaknya menyebut produksi gula nasional pada 2017 yang mencapai sekitar dua juta ton sudah maksimal. "Tahun lalu produksi gula hanya sekitar 2,2 juta dari target 2,6 juta ton, sekarang targetnya sama-sama sebanyak 2,6 ton, namun untuk mencapai dua juta ton saja sudah bagus. Ini tentunya membuat ketersediaan gula berkurang," katanya