REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, kondisi air sungai di Jakarta saat ini sudah mencapai kategori cukup tercemar. Penyebabnya salah satunya adalah limbah rumah tangga.
"Tingkat BOD (Biochemical Oxigen Demand) pencemaran air sungai saat ini sudah sangat tinggi," kata Yayat saat dihubungi Republika.co.id Jakarta, Rabu (4/10).
Ia menjelaskan, BOD merupakan kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Semakin banyak bahan organik dalam air, maka semakin besar BOD nya.
Yayat mengatakan, kondisi tersebut hampir sama dengan yang terjadi di Kali Bekasi saat ini. Penyebabnya, selain limbah industri, pencemaran juga dihasilkan oleh adanya limbah rumah tangga.
"Sumber pencemaran tidak hanya dari industri, tapi juga limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai oleh masyarakat," ujarnya.
Yayat menambahkan, saat ini masyarakat sudah terbiasa membuang limbah ke sungai. Sehingga, masyarakat sekarang menganggap membuang limbah ke sungai lebih praktis dari pada tempat lain. Untuk mengurangi dan mencegah pencemaran air sungai, khususnya yang diolah menjadi air minum, Yayat mengatakan harus ada upaya preventif.
"Diperlukan upaya preventif untuk mempercepat pencegahan dan penanganan pencemaran," ucapnya.
Salah satunya dengan membuat sistem pengolahan limbah baik yang dihasilkan oleh industri maupun limbah rumah tangga. hal tersebut dapat mengurai limbah yang ada sehingga tidak selalu dibuang ke sungai. Selain itu, langkah yang harus dilakukan agar pencemaran dapat dicegah yaitu dengan sanksi yang tegas terhadap oknum-oknum yang membuang limbah ke sungai.
"Diperlukan sanksi yang tegas (kepada oknum yang membuang limbah ke sungai). Pengawasan dan pengendalian juga diperlukan agar masyarakat tidak membuang limbahnya ke sungai," ujarnya lagi.