REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Sedikitnya 263 orang tewas akibat ledakan bom kembar di jantung ibu kota Somalia, Mogadishu, menurut para dokter, Senin (16/10), mengukuhkan serangan itu menjadi serangan paling mematikan sejak pemberontakan militan dimulai pada 2007.
Pejabat lokal menyatakan korban tewas lebih dari 200 orang pada Ahad (15/10) tanpa memberikan jumlah yang pasti menyusul ledakan yang menghantam dua persimpangan yang sibuk pada Sabtu.
Aden Nur, seorang dokter di rumah sakit kota Madina, mengatakan mereka telah mencatat 258 kematian. Ahmed Ali, seorang perawat di rumah sakit Osman Fiqi terdekat, mengatakan ada lima mayat telah dikirim ke rumah sakit tersebut.
"Sebanyak 160 mayat tidak dapat dikenali dan oleh karenanya mereka dikuburkan oleh pemerintah, yang lainnya dimakamkan oleh keluarga mereka. Lebih dari 100 orang terluka dibawa ke sini," kata Nur.
Delapan dari korban luka serius diangkut dengan ambulans ke bandara pada Senin pagi untuk diterbangkan ke Turki demi mendapatkan perawatan lebih lanjut.