REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu infrastruktur terpenting dalam tata kelola gas adalah Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) atau tempat penyimpanan dan pengolahan dari gas cair alam menjadi gas siap pakai. Indonesia berencana untuk menambah FSRU dengan menggandeng Qatar dalam investasinya.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan untuk merealisasikan penambahan FSRU ini pemerintah mengajak perusahaan Migas Qatar bernama Nebras Power untuk pembangunan FSRU. Nebras sendiri rencananya akan merogoh kocek sebesar 200 juta dolar AS untuk proyek ini.
"Kesepakatannya sudah dilakukan pada Kamis malam. Nanti kerja sama dengan Pembangkit Jawa Bali (PJB) PLN," ujar Arcandra di Kantor Staf Kepresidenan, Senin (23/10).
Saat ini Indonesia setidaknya hanya memiliki empat FSRU. Satu FSRU berada di Muara Karang, Jakarta yang menjadi tempat penyimpanan pasokan untuk PLTGU Jawa dan Bali. Kedua, Arun, Aceh (Pertamina) berkapasitas 3 juta ton per tahun (mtpa). Ketiga di Lampung (PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk) berkapasitas 1,8 mtpa dan di Tanjung Benoa Bali.
Sebelumnya, Pemerintah berencana untuk menambah FSRU dan fasilitas regasifikasi darat pada penyusunan neraca gas tahun depan. Hal ini mengingat penambahan FSRU juga perlu melihat jumlah permintaan listrik masyarakat.
Dalam Neraca Gas 2016-2035, committed demand tercatat meningkat dari saat ini 923 mmscfd menjadi 1.427 mmscfd pada tahun 2018 dan 2.289 mmscfd pada 2019. Sedangkan total kebutuhan termasuk dengan yang contracted demand, mencapai 9.323 mmscfd. Namun disisi lain, total pasokan gas nasional hanya sebesar 7.651 mmscfd.