REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Seorang bocah taman kanak-kanak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga dari orang tua asuhnya. Bahkan, korban diketahui merupakan keponakan langsung ayah asuhnya, sehingga memang masih ada hubungan darah.
"Tersangka itu pakde budenya," kata AKBP Yulianto, Kabid Humas Polda DIY, Kamis (26/10).
Ia menerangkan, laporan yang masuk ke Polda DIY dilakukan pada Sabtu (21/10). Setelah itu, dilakukan penyelidikan mendalam, sekaligus visum terhadap korban yang akhirnya ditemui beberapa luka yang disebut bekas hantaman benda tajam.
Namun, lanjut Yulianto, tersangka yang merupakan orang tua asuhnya itu berdalih kalau sejumlah luka, seperti lebam di mata, merupakan luka atas terkena air seni binatang kecoa. Atas bukti-bukti yang ada, Polisi pun melakukan penangkapan Rabu (25/10) malam
Penangkapan dilakukan kepada kedua orang tua asuh korban, SSH dan DAIW, dan dilakukan di rumah tersangka di Perum Kadirejo 11 Permai No. D3 Sleman. Kedua tersangka merupakan pegawai swasta, ayah asuh korban berasal dari Solo dan ibu asuhnya memang merupakan orang Sleman.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Hadi Utomo menerangkan, korban yang diantar Komite Sekolah memang langsung dibawa ke rumah sakit terdekat karena luka-luka yang diderita. Setelahnya, dilakukan penyidikan dan visum, sehingga pelaku tidak bisa lagi mengelak.
"Baru kita bawa ke RS Bhayangkara, keterangan ahli ada bekas-bekas benda tumpul, penyebabnya masalah-masalah sepele, sang anak yang memang pintar dan cerdas misalnya tidak menuruti kemauan orang tuanya, lalu dipukul," ujar Hadi.
Selain luka di wajah, ada beberapa kasus luka yang tengah diselidiki di sejumlah bagian tubuh. Sang anak, lanjut Hadi, terbilang sangat pintar walau masih berusia lima tahun, dan cukup lihai berbicara bahasa Inggris, meski di rumah diakui belajar secara otodidak.
Saat dihadirkan ke depan awak media, kedua tersangka yang mengenakan penutup wajah tampak tidak mengakui perbuatannya. Sepanjang penjelasan Polisi, mereka tampak menggeleng-gelengkan kepala, terutama sang ibu asuh yang terus menggeleng-gelengkan kepala setiap poin penjelasan Polisi.
Kasus ini turut mendapat perhatian Ratu Keraton Ngayogyakarta, GKR Hemas, yang menjenguknya langsung ke RS Bhayangkara. Selama menjenguk, Hemas sempat pula berkomunikasi dengan korban, termasuk ketakutannya untuk bertemu di dengan sang ibu asuh.
"Ini harus menjadi perhatian serius dan harus diusut secara tuntas," kata Hemas, Rabu (25/10).