REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjajaran, Firman Manan, mengatakan akan lebih baik jika semakin banyak pasangan calon gubernur-wakil gubernur yang bertarung pada Pilgub Jawa Barat 2018. Sehingga, masyarakat akan disuguhkan pilihan yang banyak akan calon pemimpinnya.
Firman mencontohkan, Partai Golongan Karya (Golkar) seharusnya mengusung calon gubernurnya sendiri. Walaupun belum memenuhi syarat pencalonan (20 kursi DPRD Provinsi Jawa Barat), tapi Golkar bisa menggandeng partai lain untuk berkoalisi. Apalagi, Golkar memiliki kader yang mumpuni untuk diusung menjadi calon gubernur.
"Dengan semakin banyaknya pilihan, maka akan semakin banyak Cagub dan Cawagub Jabar yang berkualitas," ujar Firman kepada wartawan, Kamis (26/10).
Calon gubernur (Cagub) yang akan maju pada Pilgub Jabar mulai terlihat memperoleh tiket resmi. Sebut saja, Ridwan Kamil (Emil) telah berhasil memperoleh dukungan dari Nasdem, PKB dan PPP untuk menjadi Cagub Jabar 2018. Begitu juga, dengan Deddy Mizwar (Demiz) yang mulai memperoleh dukungan dari PAN walaupun, kursinya masih kurang.
Firman menilai, Dedi memiliki kapabilitas yang baik untuk menjadi calon pemimpin Jawa Barat selanjutnya. Kondisi serupa, diharapkan terjadi pada PDIP Jabar. Karena, partai berlambang banteng ini sudah bisa mengusung pasangan calon tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Apalagi, PDIP pun telah mejaring kandidat melalui 'Curah Gagasan' yang digelar baru-baru ini. "Jadi akan lebih bagus kalau pasangan calonnya lebih banyak. Masyarakat akan banyak pilihan," kata Firman.
Pakar politik Unpad, Muradi, menilai partai besar akan rugi jika tidak mengusung kadernya sebagai calon gubernur. Muradi menyontohkan akan terjadi demoralisasi pada akar rumput jika Golkar tidak mengusung kader sebagai calon gubernur. Karena, kalau hal tersebut terjadi akan menggerus kepercayaan diri kader. Bahkan, kader pun akan kecewa dengan kondisi yang ada.
Selain itu, kata dia, partai harus memiliki kebanggaan, salah satunya dengan adanya kader yang bertarung dalam kontestasi. "Saya melihat Golkar punya Dedi Mulyadi yang pantas untuk diusung," katanya.
Muradi menilai, dengan mengusung calon nonkader pun, maka akan menambah ongkos politik yang harus ditanggung Golkar. Biaya politik untuk mengangkat kader sendiri yang sudah layak jual akan lebih murah dibanding harus mengusung calon lain dari luar partai.
Terkait rencana Golkar yang akan mengusung Ridwan Kamil, Muradi menilai akan merugikan partai itu sendiri terutama pada Pemilihan Legislatif 2019. Suara partai tersebut akan tergerus akibat kekecewaan yang dirasakan kader.