REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Ganesha Tbk mencatatkan laba bersih setelah pajak (tidak diaudit) sebesar Rp 42,0 miliar hingga kuartal III 2017. Laba tersebut meningkat 42 persen (yoy) dari Rp 29,6 miliar dalam periode yang sama pada 2016.
Presiden Direktur Bank Ganesha, Surjawaty Tatang, mengatakan peningkatan laba bersih didukung oleh kapasitas pendapatan yang kuat dan disiplin untuk mengurangi dan merampingkan biaya operasional. "Strategi tersebut juga dibarengi upaya perusahaan yang terus berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur dan kapabilitas perbankan," kata Surjawati melalui siaran pers, Selasa (31/10).
Dia menjelaskan, kenaikan laba tersebut ditopang oleh pendapatan operasional yang naik 53 persen (yoy) menjadi Rp 186,9 miliar yang didorong oleh pertumbuhan yang kuat pada Pendapatan Bunga Bersih (NII) dan Pendapatan Berbasis Biaya (fee based income).
Pendapatan Bunga Bersih naik 44 persen (yoy) menjadi Rp 156,9 miliar dari Rp 109,0 miliar setahun sebelumnya, didukung oleh pertumbuhan kredit yang signifikan. Pendapatan Berbasis Biaya naik 126 persen (yoy) menjadi Rp 30,0 miliar dari Rp 13,3 miliar setahun sebelumnya terutama didorong oleh kinerja yang positif dalam pendapatan biaya, komisi dan keuntungan dari efek-efek yang dimiliki.
Bank Ganesha mencatat Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 33,8 persen pada kuartal III 2017, di atas batas yang ditetapkan regulator. Bank Ganesha menyelesaikan proses Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) pada semester pertama 2016, dimana perbaikan permodalan ini mendorong Bank Ganesha masuk menjadi salah satu bank terbesar dalam kategori BUKU II dengan total ekuitas sebesar Rp 1,103 triliun per 30 September 2017.
Permodalan yang jauh lebih kuat memungkinkan Bank untuk mengembangkan portofolio kreditnya sebesar 21 persen (yoy) menjadi Rp 2,624 triliun pada akhir September 2017 dari Rp 2,176 triliun setahun sebelumnya. Total aset mencapai Rp 4,615 triliun, naik 16 persen (yoy) dari Rp 3,968 triliun di tahun sebelumnya.
Dari sisi penghimpunan dana, total Dana Pihak Ketiga mencapai Rp 3,366 triliun pada akhir September 2017, atau naik 26 persen (yoy), didukung oleh pertumbuhan yang kuat terutama pada deposito sebesar 62 persen (yoy) menjadi Rp 2,466 triliun.
Kualitas aset yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tercatat positif. NPL Gross membaik menjadi 0,97 persen pada kuartal III 2017 dari 1,25 persen di tahun sebelumnya, sementara NPL Net juga membaik menjadi 0,54 persen dari 0,95 persen.