Selasa 07 Nov 2017 18:04 WIB

Paling Tertinggal, Mentawai Justru Minim Pengangguran

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis kondisi ketenagakerjaan di Sumatra Barat hingga Agustus 2017. Hasilnya, Kota Padang menduduki peringkat pertama dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi, dengan skor 9,44 persen. Artinya, jumlah pengangguran di Padang paling banyak di antara daerah lainnya di Sumatra Barat. Uniknya, Kabupatan Kepulauan Mentawai yang disebut daerah paling tertinggal di Sumbar justru menduduki peringkat terbawah dari daftar TPT. Nilai TPT Mentawai hanya 1,96 persen.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumatra Barat Setio Nugroho menjelaskan, kondisi ini didukung oleh tradisi masyarakat Mentawai yang dekat dengan alam, termasuk aktivitas sehari-harinya yakni bertanam. Artinya, penduduk Mentawai masih mau melakukan aktivitas sehari-hari untuk menyambung hidupnya.

"Jadi mereka dianggap bekerja. Rata-rata mereka melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Rata-rata orang di sana mau bekerja. Kepemilikan tanah juga masih tinggi," kata Setio, Selasa (7/11).

Sumbar Fokus Entaskan Kemiskinan di 3 Kabupaten

TPT memberi gambaran banyaknya tenaga kerja yang tak terserap pasar kerja. Bila dirangkum dalam bahasa sederhana, untuk setiap 100 orang angkatan kerja di Kota Padang, maka 9 orang di antaranya adalah pengangguran. Sedangkan di Mentawai, setiap 100 orang angkatan kerja, hanya ada 2 orang pengangguran.

Kondisi ini sejalan dengan tingkat pendidikan masyarakat Mentawai yang secara rata-rata belum setinggi daerah lainnya. Mengacu pada survei BPS, lulusan diploma menyumbang penganggur terbanyak di Sumatra Barat, yakni 10,26 persen. Peringkat kedua penyumbang pengangguran adalah lulusan SMK, dengan porsi 8,55 persen. Sedangkan lulusan SMA dan universitas masing-masing menyumbang 7,81 persen dan 6,78 persen. Lulusan SD justru paling sedikit menganggur, yakni hanya 3,47 persen.

Setio beranggapan, lulusan SD cenderung menerima apapun pekerjaan yang tersedia. Sedangkan semakin tinggi jenjang pendidikan, maka seseorang akan dibatasi oleh bidang pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini relevan dengan masyarakat Mentawai. Secara kultur masyarakat Mentawai dekat dengan alam dan memenuhi kebutuhan hidup dari alam. Tingkat pendidikan yang belum tinggi juga mendorong masyarakatnya menerima peluang pekerjaan yang ada.

"Tapi memang tidak ada hubungan yang pasti antara kemiskinan dan pengangguran," ujar Setio.

BPS juga merilis, jumlah penduduk menganggur di Sumatra Barat bertambah 12.800 orang dalam satu tahun belakangan, sejak 2016 hingga 2017. Angka ini otomatis menaikkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 5,09 persen pada Agustus 2016 lalu menjadi 5,58 persen pada Agustus 2017.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement