REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Rekening pribadi milik Mohammed Nayed dibebukan otoritas Saudi sebagai bagian aksi lanjutan Komite Antikorupsi Saudi. Mohammed bin Nayef sebelumnya adalah calon putra mahkota Kerajaan Saudi sebelum terdepak oleh Mohammed bin Salman pada Juni lalu.
Setelah penahanan 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan pejabat atas dugaan korupsi pada akhir pekan lalu, aksi bersih-bersih Komite Antikorupsi Saudi terus berlanjut. Sudah lebih dari 1.700 terus perbankan yang dibekukan dan terus bertambah jumlahnya.
Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di AS menyampaikan kekhawatiran isu HAM atas penahanan puluhan orang di pusaran kekuasaan Saudi ini. ''Penangkapan massal ini kami khawatirkan membuat otoritas lupa dasar proses yang mereka lakukan,'' ungkap Direktur HRW Timur Tengah, Sarah Leah seperti dikutip Aljazirah, Kamis (9/11).
Sebagian media Timur Tengah menduga aksi ini adalah bagian upaya Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman menuju kursi raja selanjutnya. Namun HRW melihat hal itu lebih dari sekadar kepentingan politik.
HRW meminta agar penahanan semacam ini benar-benar memiliki alasan yang kuat dan mereka yang ditahan tetap diberi haknya sebelum pengadilan berlangsung. HRW menyatakan Saudi tidak terbuka soal alasan penahanan puluhan orang ini. Apalagi penahanan ini terindikasi melanggar HAM.