Senin 13 Nov 2017 18:48 WIB

Muamalat Disarankan Hindari Sektor UKM

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
 Logo besar Bank Muamalat terpasang di Muamalat tower, Kuningan, Jakarta, Ahad (4/6).
Foto: Republika/Prayogi
Logo besar Bank Muamalat terpasang di Muamalat tower, Kuningan, Jakarta, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Muamalat didorong untuk masuk ke pembiayaan sektor infrastruktur dan sekuritisasi aset agar asetnya kembali sehat. Berdasarkan laporan kinerja per September 2017, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross Muamalat tercatat naik menjadi 4,54 persen dari 4,43 persen pada September 2016. Sedangkan NPF net juga mengalami kenaikan dari 1,92 persen menjadi 3,07 persen.

Pengamat ekonomi syariah, Adiwarman Karim, mengatakan Bank Mualamat harus segera meningkatkan asetnya dengan cara memilih aset-aset yang tingkat pertumbuhannya tinggi dan risikonya rendah. Adiwarman menyarankan agar Bank Muamalat masuk ke pembiayaan sektor infrastruktur pemerintah yang memiliki nilai besar dan risiko kecil.

"Risikonya kecil karena proyek pemerintah. Maka rasio NPF Muamalat akan turun drastis," jelasnya saat dihubungi Republika, Senin (13/11).

Kedua, lanjutnya, Muamalat didorong untuk masuk ke segmen yang petumbuhannya cepat tapi risikonya terkendali. Segmen tersebut yakni sekuritisasi aset dari pembiayaan kepemilikan rumah (PPR) Muamalat kepada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF.

Sehingga pertumbuhan aset Muamalat bisa cepat dan risikonya terkendali, serta mendapat tambahan likuiditas. "Dengan dua hal itu maka NPF akan cepat sekali turun karena pertumbuhan asetnya cepat," ujarnya.

Di samping itu, Adiwarman juga menyarankan agar Muamalat menghindari sektor yang berisiko, seperti sektor UKM (Small Medium Enterprise/SME) serta korporasi swasta. Sebab, menurutnya Muamalat masih berbenah sehingga sistemnya belum cukup kuat untuk masuk lagi ke pembiayaan UKM.

Sementara pada sektor korporasi swasta, Mualamat juga dinilai belum siap. Karena untuk mengantisipasi krisis tahun depan dari luar negeri akibat persaingan antara Cina dan Amerika Serikat. "Sehingga Muamalat masuk saja ke proyek infrastruktur pemerintah yang risikonya terjaga," tegasnya.

salam

binti sholikah

reporter harian republika

jl warung buncit raya no.37

jakarta selatan

085641749200

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement