REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kedua pelaku penyerangan Mapolres Dharmasraya di Sumatra Barat, Ahad (12/11) pagi, mengenakan atribut Negara Islam Irak-Suriah (ISIS). Meski masih memerlukan pendalaman, pihak kepolisian yakin aksi pembakaran Mapolres Dharmasraya dan penyerangan terhadap anggota polisi berkaitan dengan jaringan teroris.
Kapolres Dharmasraya AKPB Roedy Yoelianto menyebutkan, salah satu pelaku penyerangan, yakni EFA (24 tahun), mengenakan ban lengan kanan dengan lambang ISIS yang tertera di atasnya. Pelaku lainnya, ES (25 tahun), mengenakan ban serupa di lengan kirinya.
"Di salah satu pelaku ada surat yang intinya soal jihad," kata Roedy, Ahad.
Kedua jenazah pelaku penyerangan saat ini masih disimpan di RS Bhayangkara, Kota Padang. Proses autopsi rampung dilakukan pada pukul 22.00 WIB Ahad (12/11) malam. Selanjutnya, hasil autopsi diserahkan kepada Densus 88. Hingga Senin (13/11) siang, belum ada pihak keluarga pelaku yang mendatangi RS Bhayangkara untuk menjemput jenazah.
Dari Jakarta, Mabes Polri terus mengembangkan penyelidikan terkait kasus ini. Dari data-data yang sementara ini didapatkan, pelaku dalam kejadian tersebut diduga sebagai teroris.
"Untuk sementara belum terlalu lengkap. Masih dikembangkan apakah ini teroris atau bukan. Cara-cara dan data-datanya mengarah ke sana, tetapi jangan lantas menyimpulkan," kata Wakapolri Komjen Syafrudin di Polda Metro Jaya, Senin (13/11).
Saat ini, kata Syafrudin, aparat Densus dan yang lainnya sedang menginventarisasi dan melakukan investigasi di lokasi kejadian. Kebakaran diketahui anggota piket mapolres terjadi sekitar pukul 02.45 WIB. Saat itu, anggota segera menghubungi petugas pemadam kebakaran.
Salah seorang petugas pemadam kebakaran mengaku melihat dua orang mencurigakan di sekitar lokasi kejadian. Polisi pun segera melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap dua orang terduga teroris tersebut yang mengenakan pakaian hitam-hitam. "Orang tuanya juga melakukan investigasi," kata dia.
Dua orang terduga teroris itu membawa busur panah dan menolak saat hendak dilakukan penangkapan. Keduanya dengan anak panah tersebut melakukan perlawanan dengan menyerang anggota. Anggota kemudian melepaskan tembakan peringatan, tetapi kedua pelaku tetap melakukan perlawanan. Akhirnya, polisi mengarahkan tembakan ke arah dua pelaku.
Sementara, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengaku, kepolisian masih mendalami sosok pelak. Menurut dia, tak ditemukan identitas apa pun dari tubuh pelaku, termasuk salah satu pelaku yang diduga merupakan anak dari seorang polisi berpangkat inspektur polisi satu (iptu) yang bertugas di wilayah Jambi.
"Kita belum dapat informasinya, sedang kita dalami dan cek kembali. Pasti (dicek DNA-nya)," ungkap Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/11).
Oleh karena itu, Setyo mengatakan, dirinya tak mau berandai-andai soal identitas pelaku tersebut. Menurut dia, pihaknya tak menemukan satu pun identitas di tubuh para pelaku yang tewas ditembak polisi saat kejadian.
"Saya belum tahu pasti (anak dari seorang polisi), itu tidak ada identitas, mesti dicari betul. Kita bicara tidak boleh berandai-andai. Kalau memang itu orang tuanya, pasti identik, kalau bukan, ya, jangan (dikatakan begitu)," ungkap dia.
Menurut Setyo, pelaku dapat dengan cepat teridentifikasi jika pelaku tersebut sudah memiliki KTP-el. Ia menjelaskan, kepolisian memiliki alat untuk mendeteksi sidik jari seseorang.
"Nanti saya cek lagi, ya. Itu ada alatnya. Yang penting, kalau dia punya KTP-el, pasti terungkap," ujar Setyo.
(Tulisan diolah oleh Muhammad Hafil)