Selasa 21 Nov 2017 14:08 WIB

Parlemen Zimbabwe akan Makzulkan Mugabe

Rep: Fira Nursya'bani/Marniati/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menyampaikan pidato di Istana Negara di Harare, Ahad, (19/11).
Foto: AP Photo
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe menyampaikan pidato di Istana Negara di Harare, Ahad, (19/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Parlemen Zimbabwe akan melakukan pemakzulan terhadap Presiden Zimbabwe Robert Mugabe pada Selasa (21/11). Ia dapat digulingkan pekan ini setelah kudeta yang dijuluki "Operation Restore Legacy" dilakukan oleh militer.

Proses ini memakan waktu dua hari. Mugabe dituduh mengizinkan istrinya merebut kekuasaan konstitusional.

Pemakzulan akan menjadi akhir yang memalukan bagi karier sang "Grand Old Man" di dunia politik Afrika. Mugabe pernah dipuji sebagai pahlawan anti-kolonial dan satu-satunya pemimpin Zimbabwe yang dikenal sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1980.

Dilansir dari BBC, Selasa (21/11), pemimpin militer, yang pekan lalu turun tangan, mengatakan akan segera bertemu dengan mantan wakil presiden yang diasingkan. Emmerson Mnangagwa melarikan diri dari Zimbabwe setelah Mugabe memecatnya. Keputusan Mugabe ini dinilai sebagai cara memuluskan jalan istrinya menjadi presiden Zimbabwe.

Sikap Mugabe ini membuat militer memberlakukan tahanan rumah terhadap presiden berusia 93 tahun tersebut.

Pada Ahad, meski mendapat tekanan kuat, Mugabe mengejutkan banyak orang karena menolak mengundurkan diri. Dalam pidato tersebut dia juga berjanji akan memimpin kongres partai Zanu-PF bulan depan.

"Dia adalah orang yang keras kepala, dia dapat mendengar suara rakyat, namun menolak mendengarkannya," ujar anggota parlemen Paul Mangwana.

Pemakzulan di Zimbabwe hanya dapat terjadi dalam skenario tertentu, yakni karena melakukan kesalahan yang serius, pelanggaran terhadap konstitusi atau kegagalan untuk mematuhi, menjunjung tinggi atau mempertahankan konstitusional.

Tuduhan utama untuk Mugabe adalah karena dia telah mengizinkan istrinya merebut kekuasaan konstitusional saat dia tidak memiliki hak menjalankan pemerintahan.

"Dia menolak menerapkan undang-undang dasar Zimbabwe, terutama kami memiliki pemilihan untuk dewan provinsi, namun sampai saat ini mereka belum dipekerjakan," kata Mangwana.

Oposisi telah mencoba dan gagal menyingkirkan Mugabe dengan menggunakan proses pemakzulan di masa lalu. Tapi sekarang presiden tersebut telah kehilangan dukungan dari partainya sendiri. Jika proses pemakzulan telah dilakukan maka wakil presiden akan menggantikan posisi Mugabe.

Namun masih belum terlalu jelas apakah Mnangagwa dapat menduduki posisi semula. Para pemimpin militer hanya mengatakan masyarakat akan diberi tahu tentang hasil perundingan antara Mugabe dan mantan wakilnya.

Pada Sabtu (18/11), ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan di ibu kota Harare untuk merayakan segera jatuhnya kekuasaan Mugabe. Mugabe dituduh oleh para kritikus telah mempertahankan kekuasaan melalui teror dan kecurangan pemilihan.

Warga Zimbabwe mengharapkan Mugabe dapat mengundurkan diri dalam beberapa jam. Namun, Mugabe justru menghancurkan harapan mereka dengan pidato televisi yang aneh dan bertele-tele pada Ahad malam (19/11).

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement