Ahad 03 Dec 2017 15:17 WIB

Sandiaga Antisipasi Penyebaran Difteri di Jakarta

Rep: Sri Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno akan mengantisipasi penyebaran difteri di wilayahnya. Penyakit ini telah menyebabkan kematian warga di 20 provinsi di Indonesia, termasuk Jakarta.

"Saya sudah dapat laporannya. Ini perlu kita antisipasi," kata Sandiaga di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Ahad (3/12).

 

Sandiaga mengaku akan memerintahkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyiapkan langkah antisipatif. Ia tak ingin penyakit ini mewabah dan menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) seperti di wilayah lain.

 

"Nanti dinas kesehatan kita inginkan mempersiapkan langkah antisipatif agar difteri ini nggak menjadi kejadian yang membahayakan kesehatan warga," kata dia.

 

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sudah menetapkan status KLB difteri. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae ini telah memakan korban jiwa di 20 provinsi di Indonesia.

 

Status KLB ditetapkan apabila ditemukan satu kasus difteri. Adapun tindakan yang perlu dilakukan antara lain pemberian antibiotik, serum, dan imunisasi kepada orang-orang di sekitarnya.

 

Penyakit ini mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Meski ada vaksin DPT untuk pencegahan difteri, Public Health Emergency Operating Center (PHEOC) Kementerian Kesehatan baru-baru ini merilis data kasus difteri terdeteksi di 23 provinsi per November 2017.

 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam pernyataan tertulisnya menyampaikan kejadian luar biasa ini mengindikasikan program imunisasi nasional tidak mencapai sasaran. "Dalam menghadapi dan mengatasi masalah difteri, kita harus memperbaiki pelaksanaan program imunisasi secara menyeluruh. Hal tersebut penting untuk mendapat perhatian yang serius dari semua kalangan kesehatan, khususnya dokter spesialis anak," bunyi pernyataan tertulis IDAI, Sabtu (2/12).

 

Menurut analisis IDAI, ada dua hal yang menyebabkan difteri kembali merebak dan menjadi kejadian luar biasa di Indonesia. Pertama, cakupan imunisasi gagal mencapai target. Kedua, imunisasi gagal membentuk antibodi secara maksimal pada anak.

 

Sebagai langkah penanggulangan, IDAI mengimbau masyarakat lebih jeli mengenali gejala difteri. Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah juga harus segera diperiksa oleh dokter. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga lain yang menderita atau karier pembawa bakteri difteri.

 

Dinkes: Kota Bogor Aman dari Difteri

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement